Sangat Diskriminatif, Wanita Prancis Bikin Petisi Tolak Larangan Jilbab dalam Olahraga

Wanita Berjilbab Olahraga Sepak Bola - mwisn.org
Wanita Berjilbab Olahraga Sepak Bola - mwisn.org

PARIS – Sebuah petisi oleh aktivis Prancis untuk menghentikan rencana undang-undang kontroversial yang akan melarang wanita Muslim mengenakan jilbab saat bermain olahraga telah mengumpulkan ribuan tanda tangan. Disebarkan secara luas di media sosial, petisi itu mengatakan bahwa ribuan wanita di Prancis yang telah membuat ‘pilihan intim untuk mengenakan kerudung’ merasa ‘dikecualikan’.

Bacaan Lainnya

“Saya bergairah jika berbicara tentang sepak bola,” kata Foune, penduduk asli yang tinggal di pinggiran Paris dalam petisi yang dia mulai, dilansir dari TRT World. “Saya telah berjuang selama lebih dari setahun untuk mengizinkan semua wanita, termasuk mereka yang mengenakan kerudung, untuk berlatih olahraga mereka di kompetisi resmi.”

Ia mengaku khawatir bahwa undang-undang saat ini akan melembagakan diskriminasi anti-Muslim. Pasalnya, sambung dia, dikucilkan dari lapangan sepak bola secara pribadi merupakan salah satu penghinaan terbesar dalam hidupnya. Ia sendiri berkampanye menggunakan tagar ‘Les Hijabeuses’, yang diluncurkan oleh kelompok keadilan sosial bernama Citizen Alliance.

Banyak wanita Muslim telah menghadapi rintangan di lingkungan kerja dan sekolah, tempat mereka dapat dipaksa untuk melepas jilbab karena undang-undang anti-Muslim di negara tersebut. “Ini adalah kasus ribuan wanita hari ini di Prancis, yang menghadapi antara pengabaian, kehilangan kepercayaan diri, dan ketakutan,” tandas petisi tersebut.

Seperti kebanyakan federasi olahraga nasional di negara itu, French Football Federation melarang pemakaian jilbab, yang menurut petisi, menggunakan argumen ‘netralitas dalam olahraga atau bahkan menerapkan prinsip-prinsip kebersihan dan keselamatan’. Saat ini, parlemen Prancis sedang berusaha untuk mengubah larangan informal tersebut menjadi undang-undang.

Bulan lalu, Senat Prancis memilih untuk melarang simbol yang mencolok dalam olahraga, sebuah langkah yang terutama ditujukan untuk wanita Muslim negara itu, yang beberapa di antaranya mungkin bermain olahraga dengan jilbab. Menurut politisi sayap kanan yang memilih keputusan tersebut, langkah yang menargetkan wanita Muslim diambil untuk kepentingan yang disebut ‘netralitas agama’.

Para juru kampanye telah bersumpah bahwa bahkan jika rencana undang-undang terbaru akhirnya menjadi undang-undang, mereka akan terus bermain sepak bola. Salah seorang pengguna di media sosial mengatakan bahkan jika orang yang tidak toleran tidak menginginkan dia bermain, dia masih akan terus bermain.

Pengguna media sosial lainnya menambahkan, begitu banyak orang bekerja sangat keras untuk menjadikan olahraga inklusif bagi semua orang, tetapi kegilaan ini masih berlangsung pada 2022. “Olahraga harus bebas dari rasisme dan kebencian terhadap wanita. Undang-undang ini menggarisbawahi kekejaman dan pengucilan yang dihadapi wanita Muslim di Prancis,” tegas netizen lainnya.

Ini sebenarnya bukan pertama kalinya Prancis berusaha menekan aktivitas perempuan Muslim. Tahun lalu, parlemen Prancis melarang perempuan Muslim menghadiri perjalanan sekolah anak-anak mereka sambil mengenakan jilbab, sebuah simbol yang dianggap sebagai ancaman bagi semua hal yang diperjuangkan pemerintah. Isu-isu ini datang ketika pemilihan presiden tinggal beberapa bulan lagi, dan partai-partai di kiri dan kanan bersaing untuk tampil keras dalam praktik terhadap Muslim.

Pos terkait