Valentine Day, Rupiah Rebound pada Perdagangan Selasa Pagi

Rupiah - (Sumber : www.liputan6.com)
Rupiah - (Sumber : www.liputan6.com)

JAKARTA – Rupiah ternyata mampu rebound ke zona hijau pada perdagangan Selasa (14/2) pagi, bertepatan dengan Valentine Day, ketika fokus utama tertuju pada data inflasi AS. Menurut laporan Bloomberg Index pukul 09.06 WIB, mata Garuda menguat 9,5 poin atau 0,06% ke level Rp15.195 per dolar AS. Sebelumnya, spot harus berakhir terdepresiasi 71 poin atau 0,47% di posisi Rp15.204,5 per dolar AS pada Senin (13/2) sore.

“Dolar AS naik terhadap mata lainnya, karena investor semakin khawatir tentang laporan inflasi AS. Rilis data inflasi AS kemungkinan menunjukkan angka yang lebih tinggi dari perkiraan pasar,” ujar Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, dikutip dari Kontan. “Kekhawatiran itu dapat mengundang lebih banyak pengetatan moneter oleh Reserve.”

Bacaan Lainnya

Potensi kenaikan inflasi AS memang masih terbuka seiring survei University of Michigan pada hari Jumat (10/2) lalu yang menunjukkan prospek inflasi satu tahun sebesar 4,2%, lebih tinggi dari angka akhir pada bulan Januari. Keseluruhan indeks konsumen berada di angka 66,4 atau naik dari 64,9 pada bulan sebelumnya.

Hampir senada, pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, juga berpendapat bahwa sejak pengumuman data nonfarm payrolls AS pada minggu pertama Februari kemarin, yang hasilnya lebih dari dua kali lipat ekspektasi pasar, investor kembali mewaspadai kemungkinan kebijakan moneter The Fed akan kembali ketat. Menurutnya, membaiknya situasi ketenagakerjaan AS berpotensi meningkatkan konsumsi dan berujung pada kenaikan inflasi.

Meski demikian, menurut Dana Moneter Internasional atau IMF, perekonomian global pada tahun ini diperkirakan tidak seburuk perkiraan tahun lalu. Ekonomi China yang mulai aktif kembali usai pelonggaran kebijakan pembatasan, mendukung ekspektasi tersebut. Hal itu dapat mendorong pelaku pasar masuk kembali ke aset-aset berisiko dan bisa menahan pelemahan harga yang terjadi di pasar emerging market, termasuk rupiah.

Sementara itu, Chief Analyst DCFX Futures, Lukman Leong, melihat bahwa pelemahan rupiah kemarin disebabkan oleh penguatan dolar AS seiring risk off di pasar. Ditambah lagi, imbal hasil obligasi AS terpantau naik. Saat ini, pasar tengah menantikan pengumuman data inflasi AS pada waktu setempat dan diperkirakan meningkat dibandingkan Desember 2022. “Rupiah masih akan dalam tekanan dolar AS oleh sentimen yang sama, yaitu inflasi,” tutur Lukman.

Pos terkait