SINGAPURA – Singapura menjadi negara paling banyak divaksinasi di dunia, setidaknya menurut pelacak Covid-19 Reuters, dengan jumlah individu yang telah mendapatkan vaksin sekarang lebih dari 80 persen. Namun, pakar NUS (National University of Singapore) menuturkan bahwa meskipun tingkat vaksinasi sudah setinggi itu, kehidupan mungkin tidak akan membaik seperti yang kita harapkan.
Seperti dilansir dari The Independent, ABC News Australia mencatat, Singapura menunjukkan bahwa mencapai tonggak yang didambakan bukanlah jaminan untuk kembali ke kehidupan seperti sebelum pandemi. Dengan jumlah infeksi baru-baru ini di negara kota, yang tertinggi dalam lebih dari setahun, lebih banyak tindakan pembukaan kembali telah ditunda dan pertemuan sosial berkurang.
“Sebagian yang harus disalahkan untuk ini adalah virus corona varian Delta yang lebih mudah menular. Sangat sulit untuk mencegah penyebarannya, dan Singapura menunjukkan bahwa tingkat vaksinasi tidak akan banyak membantu,” tutur pakar NUS, Dr. Alex Cook. “Namun, terobosan infeksi Covid-19 di antara mereka yang divaksinasi umumnya tidak menunjukkan gejala atau ringan.”
Pakar penyakit menular lainnya, Leong Hoe Nam, menambahkan bahwa karena varian Delta, patokan vaksinasi 80 persen yang pernah ditetapkan mungkin perlu diganti. Menurutnya, menetapkan target 80 persen memang bekerja dengan baik untuk strain Alpha, tetapi tidak dengan Delta, yang mudah menular dua hingga tiga kali lebih banyak. “Meningkatkan jumlah orang yang divaksinasi merupakan tantangan karena mereka yang resisten untuk disuntik,” katanya.
“Mereka sekarang membutuhkan setidaknya 90 persen vaksinasi, yang secara teknis tidak mungkin karena anti-vaksin atau penolak yang keras,” tambah Nam. “Ukuran 80 persen tidak cukup baik karena masih dapat membebani sistem rumah sakit dengan sangat signifikan dan akan ada terlalu banyak kematian. Angka-angkanya membingungkan, mengingat apa yang mungkin terjadi selama beberapa minggu ke depan.”
Dalam artikel ABC, Dr. Cook mengomentari pelancong dari jerman, yang baru-baru ini dibuka oleh Singapura. Dia mengatakan, karena tingginya tingkat infeksi saat ini, bahkan jika pelancong membawa 50 kasus lagi, (vaksin) itu akan berdampak sangat kecil pada risiko masyarakat. “Dengan 90 persen dari kelompok usia yang memenuhi syarat divaksinasi, masyarakat sekarang cukup tahan terhadap penyakit parah, sehingga rentang koridor perjalanan yang lebih luas harus dipertimbangkan,” ujarnya.