TOKYO – Produsen obat terbesar di Jepang, Takeda Pharmaceutical Co., pada hari Selasa (23/8() kemarin mengatakan bahwa vaksin demam berdarah buatan mereka telah disetujui penggunaannya di Indonesia. Hal tersebut tampaknya menjadikannya perusahaan Jepang pertama yang menjual vaksin ke luar negeri, dengan pasar lain sudah direncanakan.
Seperti diberitakan nikkei Asia, kelompok medis, yang sebenarnya tertinggal dalam pengembangan vaksin Covid-19, mengatakan pihaknya pun mengajukan persetujuan untuk inokulasi terhadap demam berdarah di negara-negara Asia dan Amerika Selatan serta di Uni Eropa, yang bertujuan untuk mendorong penjualan tahunan hingga 1,6 miliar dolar AS. Meskipun masih belum diputuskan kapan Takeda akan mulai memasok vaksin, perusahaan obat itu juga melihat kemungkinan penggunaannya di Jepang.
Vaksin Takeda, yang membutuhkan dua suntikan, ditujukan untuk orang-orang mulai usia enam hingga 45 tahun, dan tersedia terlepas dari paparan virus sebelumnya. Individu tidak memerlukan tes terlebih dahulu untuk menerima injeksi. grup farmasi asal Negeri Sakura itu dalam siaran pers mengklaim bahwa vaksin mereka dapat mencegah 84% kasus demam berdarah yang mengakibatkan rawat inap dan 61% kasus bergejala.
“Demam berdarah dapat menyerang siapa saja yang tinggal atau bepergian ke daerah endemik, tanpa memandang usia, kesehatan, dan keadaan sosial ekonomi,” kata Presiden Unit Bisnis Vaksin Takeda, Gary Dubin, dilansir dari The Pharma Letter. “Mengembangkan vaksin demam berdarah yang inovatif ini merupakan tantangan yang menarik, dan persetujuannya di Indonesia merupakan pencapaian penting bagi Takeda dan kesehatan masyarakat.”
Persetujuan Qdenga, nama vaksin tersebut, didasarkan pada hasil selama tiga tahun setelah vaksinasi dari uji coba fase III Tetravalent Immunization against Dengue Efficacy Study (TIDES), yang mendaftarkan lebih dari 20 ribu anak dan remaja sehat berusia empat hingga 16 tahun di daerah endemik demam berdarah di Asia dan Amerika Latin. Qdenga menunjukkan perlindungan menyeluruh yang berkelanjutan terhadap penyakit demam berdarah dan rawat inap tiga tahun setelah vaksinasi.
Qdenga saat ini sedang menjalani tinjauan peraturan untuk pencegahan demam berdarah pada anak-anak dan orang dewasa di Uni Eropa dan di negara-negara endemik demam berdarah di luar Eropa melalui prosedur EU-M4all (sebelumnya Pasal 58). “Kami bangga memperkenalkan Qdenga sebagai alat pencegahan demam berdarah baru kepada masyarakat Indonesia, dan kami akan terus bekerja sama dengan badan pengatur tambahan untuk membuat Qdenga tersedia secara global,” tambah Dubin.
Demam berdarah ditularkan melalui gigitan nyamuk. Setiap tahun, 390 juta orang di seluruh dunia diperkirakan terinfeksi penyakit ini, dengan insiden meningkat dalam beberapa tahun terakhir, demikian menurut WHO. Perusahaan Prancis, Sanofi, sebelumnya mengklaim vaksin demam berdarah pertama di dunia pada 2016. Namun, peluncuran vaksin mereka diguncang skandal tentang keamanannya pada akhir 2017.