Setelah Tank, Ukraina Inginkan Pasokan Jet Tempur untuk Lawan Rusia

Ilustrasi: pesawat tempur jet (sumber: thehill.com)
Ilustrasi: pesawat tempur jet (sumber: thehill.com)

KYIV – Ukraina akhirnya mendapatkan pasokan tank dari NATO untuk menghadapi agresi Rusia yang sudah berlangsung sejak awal tahun 2022 lalu. Namun, Kyiv tampaknya belum puas dan berharap dapat menerima kiriman jet tempur, termasuk dari AS dan Jerman, karena dikatakan dapat menjadi ‘pengubah permainan’ dalam konflik mereka dengan Moskow.

Seperti dilansir dari Deutsche Welle, Kyiv sebenarnya telah meminta jet tempur sejak Rusia meluncurkan invasi besar-besaran Februari tahun lalu. Menteri Pertahanan Ukraina, Oleksii Reznikov, mengatakan kepada penyiar CBC Kanada bahwa dia optimistis sekutu dapat memasok jet. “Ini akan menjadi pengubah permainan,” kata Reznikov, menambahkan bahwa dia mengharapkan diskusi yang intens dalam beberapa minggu mendatang.

Bacaan Lainnya

Namun, pesawat mana yang diinginkan Kyiv dan berapa jumlahnya hingga saat ini belum jelas. Wakil Menteri Luar Negeri Ukraina, Andriy Melnyk, baru-baru ini menyerukan koalisi jet tempur yang kuat untuk Ukraina, yang terdiri dari pesawat tempur F-16 dan F-35 buatan AS, Eurofighter, Tornado, Rafale, dan Gripen.

“F-16 menjadi perhatian khusus, karena banyak negara Eropa ingin menggantinya dengan F-35 yang lebih baru,” kata rekan senior German Marshall Fund, Bruno Lete. “Bagi Ukraina, banyak jet tempur yang mereka miliki hancur pada awal kampanye pada Februari 2022. Dari perspektif Kyiv, jet tempur adalah yang hilang dari persenjataan lengkap.”

Washington, pendukung terbesar Kyiv secara riil, sebelumnya menentang pengiriman jet tempur. Presiden AS, Joe Biden, menegaskan pada hari Senin (30/1) bahwa dia tidak akan menyediakannya. Gedung juga sempat mengatakan, pesawat MiG-29 era Soviet tidak akan membuat perbedaan besar. “Selain itu, tindakan tersebut dapat mengakibatkan reaksi Rusia yang signifikan, yang dapat meningkatkan prospek eskalasi militer dengan NATO,” ujar juru bicara Departemen Pertahanan AS saat itu, John Kirby.

Namun, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya, kantor berita Politico baru-baru ini melaporkan bahwa beberapa pejabat AS mendukung pemindahan tersebut dan berusaha meyakinkan di Departemen Pertahanan. AS sebelumnya juga sempat mengatakan tidak akan mengirim tank tempur utama, tetapi kemudian berubah pikiran.

Sementara itu, Kanselir Jerman, Olaf Scholz, telah berulang kali menolak prospek pengiriman jet mereka dalam seminggu terakhir. Pada hari Minggu (29/1) lalu, Scholz menegaskan bahwa yang dibutuhkan saat ini adalah debat serius, bukan kompetisi penawaran, dan mungkin motif politik dalam negeri memainkan peran lebih besar daripada dukungan untuk Ukraina, demikian lapor kantor berita DPA.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengatakan bahwa pada prinsipnya ‘tidak ada yang dikesampingkan’, tetapi pengiriman harus bermanfaat, mengingat waktu pelatihan yang lama untuk pesawat semacam itu, dan tidak boleh meningkatkan konflik. Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte, juga mengatakan ‘tidak ada yang tabu’ dalam hal apa yang bisa dikirimkan, tetapi pengiriman jet tempur memang akan menjadi langkah maju yang besar.

Alasan sekutu Barat menolak pengiriman jet tempur adalah karena hal tersebut berpotensi meningkatkan kemampuan Ukraina untuk merambah wilayah Rusia. Menurut Lete, hal ini adalah masalah yang sangat sensitif, karena akan lebih mudah bagi Ukraina untuk benar-benar menyerang target di dalam Rusia.

Polandia, yang dianggap sebagai salah satu pendukung utama Ukraina, telah menawarkan jet MiG-29 mereka di masa lalu. Perdana Menteri Polandia, Mateusz Morawiecki, juga tidak mengesampingkan kemungkinan pasokan F-16, demikian laporan AP. Namun, ia menggarisbawahi bahwa transfer semacam itu akan dilakukan dalam koordinasi penuh dengan negara-negara NATO.

Jika jet tempur Barat dipindahkan ke Ukraina, reaksi Rusia kemungkinan besar akan tajam. Setelah Berlin mengumumkan akan mengirim tank Leopard 2 ke Ukraina, Moskow mengatakan bahwa Jerman telah meninggalkan tanggung jawab historis mereka atas kejahatan Nazi di Rusia dalam Perang Dunia II, dan akan menambah penderitaan dalam konflik saat ini.

“Dengan persetujuan pimpinan Jerman, tank tempur akan kembali dikirim ke ‘front timur’, yang pasti akan menyebabkan kematian tidak hanya tentara Rusia, tetapi juga sipil,” tandas Duta Besar Rusia untuk Jerman, Sergey Nechayev, minggu lalu. “Langkah seperti itu membuat normalisasi hubungan di masa depan jauh lebih sulit.”

Meski demikian, Lete memperkirakan ada kemungkinan besar negara-negara Barat akan mengirim jet mereka, bahkan Jerman. Pasalnya, ini bukan pertama kalinya garis merah dilanggar, merujuk kiriman tank Leopard 2 dan sebelumnya peluncur roket HIMARS. “Jika AS ikut serta, saya pikir Jerman juga akan ikut,” katanya.

“Sejak awal perang, kita telah melihat ada dua kubu di Eropa. Satu kubu ingin Ukraina memenangkan perang, dan berarti harus mengalahkan Rusia. Kubu yang lain adalah negara-negara yang menginginkan perdamaian dan akan cukup senang dengan semacam penyelesaian,” sambungnya. “Saat ini, kubu yang ingin memenangkan perang, yang benar-benar ingin mendorong mundur Rusia, menjadi lebih berpengaruh.”

Pos terkait