KYIV – Kepala intelijen militer Ukraina telah menepis klaim AS bahwa China sedang mempertimbangkan memberikan senjata ke Rusia, mengatakan kepada media AS bahwa dia tidak melihat ‘tanda-tanda bahwa hal-hal seperti itu bahkan sedang dibahas’. Negeri Paman Sam memang telah menyuarakan kekhawatiran mereka mengenai potensi pengiriman senjata dari Negeri Tirai Bambu.
Seperti dilansir dari TRT World, pejabat senior AS pada hari Minggu (26/2) kemarin mengatakan bahwa mereka ‘yakin’ China sedang mempertimbangkan untuk menyediakan peralatan mematikan ke Moskow, dengan kampanye tekanan diplomatik sedang dilakukan untuk mencegahnya melakukannya. Namun, dalam wawancara panjang dengan Voice of America, kepala intelijen militer Ukraina, Kyrylo Budanov, menepisnya. “Sampai sekarang, saya kira China tidak akan menyetujui transfer senjata ke Rusia,” katanya.
“Saya adalah kepala intelijen dan saya mengandalkan, dengan segala hormat, bukan pada pendapat individu, tetapi hanya pada fakta, dan saya tidak melihat fakta seperti itu,” sambung Budanov. “Terlepas dari laporan pengiriman yang belum dikonfirmasi dari Korea Utara, hampir satu-satunya negara yang benar-benar mentransfer senjata yang kurang lebih serius adalah Iran.”
Awal bulan ini, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, sempat menyiarkan kekhawatiran Washington tentang potensi pengiriman senjata dalam pertemuan yang menegangkan dengan timpalannya dari China. Direktur CIA juga mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa dia yakin Beijing masih mempertimbangkan kemungkinan tersebut. Sementara itu, laporan media di beberapa outlet AS mengutip pejabat AS yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa China sedang memutuskan apakah akan memberikan drone dan amunisi tertentu ke Rusia.
Dalam rilis terbaru mereka beberapa waktu yang lalu, China mendesak agar Rusia dan Ukraina mencapai penyelesaian damai untuk mengakhiri konflik yang sudah memasuki tahun kedua, yang menewaskan puluhan ribu orang, meratakan kota-kota besar dan kecil, dan membawa dinginnya Perang Dingin ke hubungan global. Dialog atau negosiasi adalah satu-satunya cara yang layak untuk menyelesaikan krisis Ukraina, demikian rilis makalah oleh Kementerian Luar Negeri China.
Meski demikian, Der Spiegel, majalah asal Jerman, sempat melaporkan bahwa Rusia sedang dalam pembicaraan dengan Xian Bingo Intelligent Aviation Technology, produsen drone asal China, tentang pembelian seratus drone. Menurut laporan majalah tersebut, perusahaan siap untuk membuat seratus prototipe drone ZT-180, yang menurut majalah itu dapat membawa hulu ledak 35-50 kg. Dikatakan, drone itu mirip dengan Shaheed-136 Iran, yang telah digunakan Rusia untuk melancarkan serangan yang tak terhitung jumlahnya di Ukraina.