KAMPALA – Uganda memutuskan untuk membatalkan kontrak dengan China Harbour Engineering Company (CHEC), yang delapan tahun lalu ditugaskan untuk membangun tahap pertama standard gauge railway (SGR) sepanjang 273 km dari Malaba ke Kampala. Otoritas setempat agaknya lebih tertarik untuk mengalihkan proyek tersebut kepada perusahaan asal Turki, Yapi Merkezi, yang telah membuat kemajuan dalam membangun jalur kereta api di Tanzania.
Seperti dilansir dari TRT World, jalur tersebut, dimulai dari pos perbatasan Malaba yang melintasi Uganda dan Kenya, diperkirakan menelan biaya 2,2 miliar dolar AS, tetapi pemodal China tidak mendanai proyek tersebut. Koordinator Proyek SGR, Eng Perez Wamburu, mengatakan bahwa Kampala kini telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Yapi Merkezi asal Turki.
Kampala mengatakan, model pembiayaan untuk proyek tersebut juga akan berubah, dengan Yapi Merkezi diharapkan memanfaatkan jaringannya untuk membawa Export Credit Agencies (ECA) yang akan membiayai dan menghidupkan kembali proyek yang hampir mati. Jaksa Agung Uganda, Kiryowa Kiwanuka, diminta untuk meninjau kontrak dengan CHEC setelah China Exim Bank, pemodal proyek infrastruktur utama Kampala, telah bersikap dingin dalam mendanai SGR.
“Kami membaca yang tersirat ketika Duta Besar China untuk Uganda mengatakan bahwa setelah pandemi Covid-19, mereka menjadi lebih berhati-hati dalam mendanai proyek infrastruktur besar di Afrika,” tutur Wamburu kepada TRT World. “Kita semua tahu bahwa Covid-19 tidak membuat ekonomi dunia tetap sama.”
Ia melanjutkan, Uganda terpaksa memikirkan kembali pilihannya dan menyebarkan jaringannya lebih luas untuk pemodal lain setelah permintaan pembiayaan ke China Exim Bank tidak dijawab selama hampir satu tahun. Ini adalah ‘penyimpangan’ dari praktik yang biasa ketika China menanggapi proposal Kampala hanya dalam beberapa minggu.
Yapi Merkezi saat ini sedang melaksanakan proyek kereta api SGR Seksi Morogoro-Makutupora di Tanzania. Proyek ini merupakan tahap kedua dari jalur kereta api tercepat di Afrika Timur yang menghubungkan Dar-es-Salaam ke Mwanza, yang dikenal sebagai Koridor Tengah, menghubungkan Uganda, Rwanda, Republik Demokratik Kongo, dan Tanzania, serta menyediakan akses ke Samudra Hindia bagi semua pemangku kepentingan negara.
Perusahaan tengah membangun proyek secara turn-key yang terdiri dari semua pekerjaan infrastruktur dan suprastruktur, termasuk bagian teknologi seperti elektrifikasi dan persinyalan. Kereta api tersebut diharapkan memberikan kontribusi besar bagi perekonomian Tanzania secara keseluruhan, terutama di bidang perdagangan dan pariwisata.
Hubungan bilateral Turki dengan negara-negara Afrika memang telah meningkat selama bertahun-tahun dan berkembang pesat, mulai dari hubungan ekonomi, diplomatik, dan kerja sama militer yang memperkuat situasi win-win dan dengan demikian dilihat secara positif. Sebelumnya, mereka menegaskan akan mengambil langkah nyata untuk memperdalam hubungan dengan organisasi regional seperti Uni Afrika dan Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS).