ANKARA –Turki bertekad untuk mengirim biji-bijian dan tepung ke negara-negara Afrika melalui koridor biji-bijian Laut Hitam, demikian tandas presiden negara tersebut Recep Tayyip Erdogan. Sementara 44 persen biji-bijian Ukraina diekspor ke Eropa, komoditas serupa juga sangat penting bagi banyak negara Benua Hitam, terutama yang menghadapi gagal panen akibat cuaca ekstern dan konflik internal.
“(Presiden Rusia) Vladimir Putin mengatakan kepada saya, ‘Saya akan memberi Anda biji-bijian secara gratis, dan Anda mengirimkannya ke negara-negara Afrika yang miskin’,” kata Erdogan pada hari Minggu (8/1) kemarin di sebuah acara di Antalya selatan, dilansir dari TRT World. “Kami berkata: ‘Oke. Kami akan mendapatkan ini gratis dari Anda. Mari kita ubah menjadi tepung di pabrik kami, dan kirimkan ke negara-negara Afrika yang miskin’. Kami setuju.”
Pada Juli tahun lalu, Turki, PBB, Rusia, dan Ukraina menandatangani perjanjian di Istanbul untuk melanjutkan ekspor biji-bijian melalui tiga pelabuhan di Laut Hitam Ukraina, yang dihentikan sementara setelah perang Rusia-Ukraina meletus pada Februari 2022. Pusat Koordinasi Bersama dengan pejabat dari tiga negara dan PBB lantas didirikan di Istanbul untuk mengawasi pengiriman.
Kapal pertama yang membawa biji-bijian berangkat pada 1 Agustus 2022 dari pelabuhan Ukraina di Odessa di bawah kesepakatan bersejarah yang ditengahi oleh Ankara. Kemudian, November 2022 lalu, dilaporkan bahwa Ukraina juga telah setuju untuk mengirim 125 ribu ton gabah ke Sudan, Yaman, Kenya, dan Nigeria. Menurut laporan Argus Media, sekitar 6,26 juta metrik ton gandum Ukraina diekspor ke Afrika pada tahun pemasaran 2021 sampai 2022, terhitung hampir 12 persen dari impor gandum Afrika.
Ukraina sebenarnya telah meningkatkan pengiriman gandum ke negara-negara Afrika sejak tahun 2019. Mesir adalah pembeli terbesar, diikuti oleh Tunisia, Maroko, Ethiopia, Aljazair, dan Nigeria. Sayangnya, konflik antara Rusia dan Ukraina pada Februari 2022 telah mengganggu pengiriman pasokan gandum tersebut.
Turki, yang dipuji secara internasional karena peran mediatornya yang unik antara Ukraina dan Rusia, telah berulang kali meminta Kiev dan Moskow untuk mengakhiri perang melalui negosiasi. Erdogan mengatakan, negaranya melakukan bagiannya untuk menemukan solusi bagi perang Rusia-Ukraina sebagai lawan dari mereka yang ‘membantu pedagang senjata’.
“Kami berupaya untuk mencapai perdamaian dunia. Pada hari yang sama, kami berbicara dengan Putin dan (Presiden Ukraina) Volodymyr Zelenskyy,” katanya. “Kami berusaha untuk melihat bagaimana kami dapat mendamaikan mereka. Kami melanjutkan perjalanan kami dengan menunjukkan ketulusan ini karena kami tahu bahwa dunia hanya dapat bangkit dengan perdamaian.”