Transaksi Berjalan Indonesia Defisit, Rupiah Justru Berakhir Menguat

Rupiah - www.trenasia.com
Rupiah - www.trenasia.com

JAKARTA – Rupiah ternyata mampu berdiri di zona hijau pada perdagangan Selasa (22/8) sore meskipun Bank melaporkan transaksi berjalan dalam negeri mengalami defisit pada kuartal II 2023. Menurut catatan Bloomberg Index pukul 14.54 WIB, Garuda ditutup menguat 8,5 poin atau 0,06% ke level Rp15.316,5 per dolar AS.

Bacaan Lainnya

Sementara itu, mata uang di kawasan Benua mayoritas juga dapat mengungguli greenback. Peso Filipina dan Thailand menjadi yang paling perkasa setelah sama-sama melambung 0,38%, Korea Selatan terangkat 0,22%, dolar Singapura naik 0,12%, yen Jepang menguat 0,10%, dan dolar Hong Kong bertambah 0,03%. Sebaliknya, ringgit Malaysia melemah 0,05%, sedangkan rupee dan yuan China sama-sama terkoreksi 0,01%.

“Rupiah akan bergerak melemah hari ini, tertekan imbal hasil obligasi AS 10 tahun yang kembali naik mencapai rating tertinggi sejak 2007,” ujar pengamat komoditas dan mata uang, Lukman Leong, pagi tadi seperti dikutip dari CNN Indonesia. “Namun, investor akan cenderung wait and see menjelang rilis kuartal current account Indonesia yang diperkirakan surplus sekitar 1,5 miliar dolar AS.”

Bank Indonesia dalam laporannya pagi tadi mengatakan bahwa transaksi berjalan dalam negeri pada kuartal II 2023 mencatatkan defisit sebesar 0,5% dari PDB atau 1,9 miliar dolar AS. Ini menjadi defisit pertama sejak tujuh kuartal beruntun mencetak surplus. “Sementara itu, transaksi modal dan finansial mencatat defisit yang masih terkendali seiring dampak tingginya ketidakpastian global,” ungkap Bank Indonesia.

Dari pasar global, dolar AS bertahan mendekati puncak 10 minggu versus sekeranjang mata uang utama, dan mendekati tertinggi sejak November terhadap yen Jepang, karena imbal hasil naik setelah krisis keuangan di tengah spekulasi suku bunga The Fed akan tetap tinggi untuk lebih lama. Mata uang Paman Sam terpantau melemah 0,14 poin atau 0,13% ke level 103,163 pada pukul 10.17 WIB.

“Lonjakan imbal hasil (yield) AS dalam jangka panjang dan respons yang mengecewakan dari para pembuat kebijakan China terhadap tekanan yang sedang berlangsung di pasar properti dan keuangan terus memberikan dorongan bullish terhadap dolar AS,” ujar ahli mata uang di Westpac, Richard Franulovich. “Jika Jerome Powell tetap membuka pintu bagi kenaikan (suku bunga, indeks dolar AS berpotensi menembus di atas 104.”

Pos terkait