The Fed Kurang Agresif, Rupiah Berakhir Menguat Tajam

Rupiah - (Sumber : www.cnbcindonesia.com)
Rupiah - (Sumber : www.cnbcindonesia.com)

JAKARTA – Rupiah sanggup bertahan di zona pada perdagangan Jumat (24/3) sore, didorong kabar bahwa Federal Reserve mungkin tidak akan terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga acuan mereka di tengah krisis perbankan. Menurut laporan Bloomberg Index pukul 14.55 WIB, mata uang Garuda berakhir menguat tajam 192 poin atau 1,25% ke level Rp15.153 per dolar AS.

Sebaliknya, mayoritas mata uang di kawasan Benua justru gagal menaklukkan greenback. Won Korea Selatan menjadi yang paling terpuruk setelah anjlok 0,98%, diikuti yuan China yang melemah 0,29%, dolar Singapura yang terkoreksi 0,22%, baht Thailand yang turun 0,18%,  dan peso Filipina yang terdepresiasi 0,01%. Namun, yen Jepang masih mampu menguat 0,26%, sedangkan dolar bertambah 0,01%.

Bacaan Lainnya

“Rupiah berpotensi menguat, tetapi terbatas, didukung menurunnya imbal hasil obligasi AS,” ujar analis senior DCFX, Lukman Leong, pagi tadi seperti dikutip dari CNN Indonesia. “Namun, sentimen di pasar masih cenderung risk off, terutama di pasar Asia. Rupiah bakal bergerak di kisaran Rp15.250 sampai Rp15.400 per dolar AS.”

Sementara itu, analis pasar uang, Ariston Tjendra, berpendapat bahwa penguatan rupiah didorong kabar bahwa The Fed mengindikasikan kebijakan yang tidak terlalu agresif pada pengumuman kebijakan terbaru mereka Kamis (23/3) dini hari kemarin. Menurut Ariston, pasar sekarang berekspektasi mungkin suku bunga acuan AS tidak akan dinaikkan pada rapat berikutnya dan mungkin hanya naik satu kali lagi pada tahun ini.

Seperti diketahui, dalam rapat pada tengah minggu kemarin, Federal Reserve memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin atau 0,25%, yang mendorong suku bunga menjadi ke kisaran 4,75% sampai 5%. Sejumlah pejabat The Fed memprediksi bank sentral itu akan menaikkan suku bunga hingga menjadi 5,1% selama 2023.

Dari pasar global, dolar AS relatif bergerak stabil pada hari Jumat, di dekat posisi terendah tujuh minggu, karena kegugupan atas sistem membuat investor gelisah dan menyerap petunjuk Federal Reserve tentang jeda kenaikan suku bunga. Mata uang Paman Sam terpantau menguat tipis 0,092 poin atau 0,09% ke level 102,64 pada pukul 11.12 WIB.

“Bank-bank sentral telah menyampaikan kenaikan suku bunga menyusul gejolak baru-baru ini,” terang ahli strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia, Carol Kong, dilansir dari Reuters. “Gerak mata uang akan terus didorong oleh berita utama di sektor perbankan, dan saya pikir hal-hal mungkin akan cukup sepi hari ini, setidaknya di sesi Asia.”

Pos terkait