The Fed Isyaratkan Inflasi Melambat, Rupiah Berakhir Menguat

Rupiah - (Sumber : bisnis.com)
Rupiah - (Sumber : bisnis.com)

JAKARTA – Rupiah tetap bertengger di area pada perdagangan Kamis (2/2) sore setelah The Fed dalam rapat terbarunya memberikan nada dovish, mengisyaratkan bahwa inflasi di AS telah mengalami perlambatan. Menurut paparan Bloomberg Index pada pukul 14.58 WIB, uang Garuda berakhir menguat 87 poin atau 0,58% ke level Rp14.888 per

Sementara itu, mayoritas mata uang di kawasan Benua Asia juga terpantau mampu mengalahkan greenback. Yen Jepang menjadi yang paling perkasa di Benua Kuning setelah melonjak 0,50%, disusul China yang terkerek 0,19%, dolar Singapura yang menguat 0,16%, dan dolar Hong Kong yang tipis 0,04%.

Bacaan Lainnya

Menurut analis PT Sinarmas Futures, Ariston Tjendra, dalam rapat FOMC semalam, Gubernur Bank The Fed, Jerome Powell, mengatakan bahwa tekanan inflasi di AS mulai menurun dan situasi ketenagakerjaan di AS juga masih cukup bagus. Ini membuka ekspektasi bahwa The Fed akan menerapkan kebijakan pengetatan moneter yang lebih longgar ini. “Ini memberikan kelegaan di pasar keuangan. Indeks saham Asia yang merupakan aset berisiko terlihat menguat,” ujarnya pagi tadi seperti dikutip dari CNN Indonesia.

Dari pasar , indeks dolar AS jatuh pada hari Kamis setelah Federal Reserve mengatakan telah berbelok di tikungan dalam perang melawan inflasi, memberi pasar dorongan kepercayaan diri bahwa akhir dari kampanye kenaikan bunga sudah dekat. Mata uang Paman Sam terpantau melemah 0,12% ke level 100,83 setelah sebelumnya sempat turun lebih dari 1% pada hari Rabu (1/2).

Investor mengambil isyarat dovish dari pernyataan Powell bahwa ‘proses disinflasi telah dimulai’ di ekonomi terbesar di dunia, meskipun ia juga mengisyaratkan suku bunga akan terus naik dan pemotongan tidak terjadi. Pernyataan The Fed, yang datang setelah menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin, menandai pengakuan eksplisit pertama bank sentral itu tentang perlambatan inflasi.

“Itu sangat melegakan, bahwa tidak ada yang benar-benar menantang pandangan yang berlaku di pasar,” kata kepala strategi FX di National Australia Bank (NAB), Ray Attrill, dilansir dari Reuters. “(Powell) mengatakan bahwa tarif harus dibatasi untuk beberapa waktu, tetapi itu tidak menghalangi pasar untuk mengatakan beberapa waktu mungkin enam bulan, bukan dua tahun.”

Pos terkait