JAKARTA – Rupiah terpantau bergerak fluktuatif pada perdagangan Selasa (20/12) pagi seiring sikap hawkish The Fed. Setelah dibuka menguat ke level Rp15.586 per dolar AS, mata uang Garuda berbalik melemah 8 poin atau 0,05% ke posisi Rp15.604,5 per dolar AS pada pukul 09.05 WIB. Sebelumnya, spot ditutup menguat tipis 1,5 poin saja atau 0,01% di posisi Rp15.596,5 per dolar AS pada transaksi Senin (19/12) sore.
Penguatan mata uang Garuda kemarin berjalan seiring dengan mayoritas kurs di asia. won Korea Selatan menjadi yang paling perkasa setelah melonjak 0,72%, diikuti yen jepang yang naik 0,48%, peso Filipina yang bertambah 0,26%, dolar Singapura yang menguat 0,24%, ringgit Malaysia yang terapresiasi 0,14%, dan baht Thailand yang terkerek 0,07%.
“Pergerakan rupiah masih dipengaruhi oleh sentimen kenaikan suku bunga The Fed,” tutur analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX), Revandra Aritama, seperti dikutip dari Antara. “Walaupun kenaikan pekan lalu lebih rendah dari kenaikan sebelumnya, tetapi kenaikan ini masih menyebabkan nilai suku bunga AS semakin tinggi. Hal ini membuat rupiah menjadi kurang atraktif.”
Sementara itu, menurut Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, penguatan tipis rupiah kemarin terjadi lantaran adanya kekhawatiran akan potensi resesi dan meningkatnya kasus Covid-19 di China. Selain itu, ada faktor ketidakpastian akan pelonggaran pembatasan yang berpotensi membebani perekonomian China.
Lalu, bagaimana dengan pergerakan rupiah pada transaksi hari ini? Ekonom bank mandiri, Reny Eka Putri, mengatakan bahwa ada potensi pelemahan rupiah yang disebabkan sikap hawkish yang ditunjukkan Federal Reserve. The Fed sebelumnya menyatakan akan menaikkan suku bunga acuan setidaknya sampai level 5,25% pada tahun 2023. “Diperkirakan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga masih akan berlanjut,” kata Reny, dilansir dari Kontan.
Hampir senada, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, juga mengungkapkan bahwa nada hawkish The Fed kini memang menjadi sentimen utama pasar uang. Meski demikian, dia memprediksikan sentimen-sentimen global akan mulai berkurang. “Rupiah akan cenderung bergerak sideways pada hari Selasa seiring dengan berkurangnya sentimen global serta volume perdagangan akhiri tahun yang cenderung menurun,” papar Josua.