Perdagangan Perdana Tahun 2022, Rupiah Dibuka Menguat Tipis

Rupiah menguat pada perdagangan pertama tahun 2022 - www.cnbcindonesia.com

JAKARTA – Rupiah mengawali perdagangan pertama tahun 2022 di zona hijau. Menurut catatan Bloomberg Index pada Senin (3/1) pukul 09.00 WIB, mata Garuda membuka transaksi dengan menguat tipis 5,5 poin atau 0,04% ke Rp14.257 per dolar AS. Sebelumnya, spot ditutup naik 7,5 poin atau 0,05% di posisi Rp14.262,5 per dolar AS pada hari Jumat (31/12) kemarin.

Bacaan Lainnya

Menurut Monex Investindo Futures, Faisyal, rupiah (kemarin) menguat karena didukung data ekonomi China yang membaik. Tercatat, pada Kamis (30/12), data manufaktur China naik ke level 52,7 atau lebih tinggi dari ekspektasi di 52,0. Di sisi lain, data tenaga kerja AS juga membaik, dengan data pengangguran Desember 2021 turun ke 198.000, sehingga penguatan rupiah cenderung terbatas.

Sementara itu, Direktur TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menilai bahwa penguatan rupiah pada tutup tahun 2021 kemarin sebagai respon pasar terhadap upaya pemerintah yang mempercepat revisi Undang-Undang Cipta Kerja seperti diminta Mahkamah Konstitusi. Meskipun pemerintah diberi waktu dua tahun, tetapi saat ini dua undang-undang yang diperbaiki telah masuk dalam daftar prioritas legislasi nasional.

Analisis CNBC menilai, fundamental penyokong rupiah pada tahun lalu memang lebih kuat. Cadangan devisa Indonesia tercatat semakin tinggi, bahkan sempat menyentuh rekor sepanjang masa yang mencapai 145,86 miliar dolar AS pada September 2021. Selain itu, transaksi berjalan pun semakin tebal karena neraca perdagangan Januari sampai November 2021 mengalami sebesar 34,32 miliar dolar AS.

“Ditopang fundamental yang kuat itu, rupiah mampu bertahan di tengah kondisi 2021 yang tidak ,” tulis CNBC Indonesia. “Pandemi virus corona, rencana pengetatan kebijakan moneter di negara-negara maju, hingga isu supply chain crunch dan krisis energi dunia tidak mata uang dalam negeri menjadi gentar.”

Lalu, bagaimana pada awal tahun 2022 ini? Faisyal memprediksi rupiah kemungkinan akan melemah. Sentimen negatif datang dari dominasi penguatan dolar AS menyambut kenaikan suku bunga The Fed. “Selain itu, dolar AS berpotensi kembali diburu di tengah meningkatnya penyebaran Covid-19 varian Omicron. Risk appetite berpotensi turun karena kekhawatiran akan terjadi lockdown di awal tahun,” kata Faisyal, dilansir dari Kontan.

Pos terkait