Sentimen The Fed Masih Mengganggu, Rupiah Lanjut Melemah pada Awal Pekan

Rupiah - (Sumber : www.vibiznews.com)
Rupiah - (Sumber : www.vibiznews.com)

JAKARTA – Rupiah tetap tertahan di area merah pada perdagangan Senin (17/10) pagi di tengah ekspektasi The Fed yang akan kembali menaikkan bunga acuan. Menurut Index pukul 09.03 WIB, mata uang Garuda melemah 43 poin atau 0,28% ke level Rp15.470 per dolar AS. Sebelumnya, spot harus berakhir terdepresiasi tajam 65,5 poin atau 0,43% di posisi Rp15.427 per dolar AS pada transaksi Jumat (14/10) sore.

Bacaan Lainnya

Menurut analis Indonesia Commodity and Derivative Exchange (ICDX), Revandra Aritama, pelemahan rupiah pekan kemarin disebabkan nilai inflasi AS yang masih tinggi. Seperti diketahui, data terbaru menunjukkan inflasi Negeri Paman pada September 2022 berada di angka 8,2% secara tahunan. Meskipun turun tipis dibandingkan posisi sebelumnya, tetapi masih jauh dari target inflasi The Fed sebesar 2%.

“Penurunan inflasi ini sebenarnya menimbulkan optimisme pasar bahwa AS telah melewati puncak inflasi, yang akhirnya memberikan tekanan pada dolar AS,” tutur Revandra, seperti dikutip dari Antara. “Namun, di sisi lain, karena inflasi masih tinggi, The Fed disebut masih berencana menaikkan dan menahan suku bunga tinggi hingga inflasi kembali berada di level yang mereka harapkan.”

Untuk perdagangan hari ini, sejumlah ekonom kompak memprediksi mata uang Garuda masih akan tertekan. Menurut Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, hal itu terjadi karena inflasi Indonesia masih berada di atas 8%. Ditambah lagi ada ekspektasi bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga sebesar 75 sampai 100 poin.

“Langkah Inggris menghentikan pembelian obligasi juga berdampak pada rupiah,” ujar Ibrahim, dilansir dari Tempo. “Ini yang indeks dolar AS terus mengalami penguatan, apalagi perang di Rusia dan Ukraina tampak semakin sengit dan saling bergantian membombardir, yang membuat perang semakin memanas.”

Hampir senada, Presiden Komisioner HFX Internasional, Sutopo Widodo, mengatakan, rupiah melemah karena dolar AS yang tangguh di belakang sikap The Fed yang hawkish dan hambatan eksternal yang persisten. Dari sisi internal, kekhawatiran pun di Indonesia, karena diperkirakan ada dampak perlambatan melalui jalur perdagangan dan keuangan pada awal tahun depan.

Pada minggu ini, pasar domestik akan menantikan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang menurut rencana akan digelar pada tanggal 19 sampai 20 Oktober 2022. Mayoritas ekonom yakin bahwa bank sentral Indonesia akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,5% untuk mempersempit perbedaan suku bunga dengan bank sentral global.

Pos terkait