Sentimen Risiko Membaik, Rupiah Berakhir Menguat pada Jumat Sore

Rupiah - www.cnbcindonesia.com
Rupiah - www.cnbcindonesia.com

JAKARTA – Rupiah mampu nangkring di zona hijau pada perdagangan Jumat (17/3) sore setelah sentimen di pasar keuangan terlihat membaik seiring pergerakan sejumlah bank untuk mengurangi tekanan di sistem keuangan pasar utama. Menurut laporan Bloomberg Index pukul 14.51 WIB, mata uang Garuda ditutup menguat 44 poin atau 0,29% ke level Rp15.345 per dolar AS.

Tidak jauh berbeda, mayoritas mata uang di kawasan Benua Asia juga terpantau sanggup mengalahkan greenback. Won Selatan menjadi yang paling perkasa setelah terbang 0,64%, disusul peso Filipina yang melonjak 0,41%, yen Jepang yang bertambah 0,32%, ringgit yang menguat 0,28%, baht Thailand yang terapresiasi 0,25%, dolar Singapura yang naik 0,04%, dan yuan China yang terkatrol 0,04%.

Bacaan Lainnya

“Rupiah akan sedikit menguat, didukung membaiknya sentimen di pasar. Namun, kenaikan imbal hasil obligasi AS akan menahan penguatan lebih lanjut,” papar analis senior DCFX, Lukman Leong, pagi tadi seperti dikutip dari CNN Indonesia. “Mata uang Garuda akan bergerak di kisaran Rp15.300 sampai Rp15.500 per dolar AS.”

Sementara itu, menurut analis ICDX, Revandra Aritama, pergerakan positif rupiah pada hari ini mendapatkan dukungan dari hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia kemarin yang memutuskan menahan suku bunga acuan di level 5,75%. Ia sendiri memproyeksikan mata uang Garuda bergulir di rentang Rp15.300 sampai Rp15.450 per dolar AS.

Dari pasar global, dolar AS harus tergelincir pada hari Jumat karena sentimen risiko membaik setelah otoritas dan bank bergerak untuk mengurangi tekanan pada sistem keuangan di pasar utama, menghilangkan aura negatif mata uang utama lainnya yang jatuh di awal minggu setelah gejolak perbankan. Mata uang Paman Sam terpantau melemah 0,282 poin atau 0,27% ke level 104,136 pada pukul 11.10 WIB.

Bank-bank besar AS pada hari Kamis (16/3) kemarin menyuntikkan 30 miliar dolar AS deposito ke First Republic Bank, terjun untuk menyelamatkan pemberi pinjaman, yang terjebak dalam krisis yang meluas yang dipicu oleh runtuhnya dua bank menengah AS lainnya selama seminggu terakhir. Kabar tersebut membuat ketenangan di seluruh pasar, memberikan ruang untuk kenaikan mata uang yang sensitif terhadap risiko.

Di sisi lain, ketika penurunan 30% di saham pemberi pinjaman memicu kekhawatiran tentang kesehatan bank-bank Eropa, European Central Bank (ECB) tetap melanjutkan kenaikan suku bunga 50 poin pada pertemuan kebijakannya pada hari Kamis. Pembuat kebijakan ECB berusaha meyakinkan investor bahwa bank-bank zona Eropa tangguh dan pergerakan ke suku bunga yang lebih akan meningkatkan margin mereka.

“Sektor perbankan zona Eropa tetap dalam kondisi yang cukup solid,” kata ekonom internasional Wells Fargo, Nick Bennenbroek. “Jika ketegangan pasar mereda dan volatilitas surut dalam beberapa minggu dan bulan ke depan, inflasi yang terus-menerus dalam pandangan kami seharusnya cukup untuk menimbulkan pengetatan (ECB) lebih lanjut.”

Pos terkait