jakarta – rupiah sanggup mempertahankan posisi di area hijau pada perdagangan Rabu (22/12) sore karena banjir sentimen positif, termasuk optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tembus 5%. Menurut laporan Bloomberg Index pukul 14.59 WIB, mata uang Garuda berakhir menguat 14 poin atau 0,10% ke level Rp14.289,5 per dolar AS.
Sementara itu, mayoritas mata uang di kawasan Benua Asia juga mampu mengungguli greenback. Won Korea Selatan menjadi yang paling perkasa setelah naik 0,23%, disusul ringgit Malaysia yang bertambah 0,10%, baht Thailand yang menguat 0,09%, dolar Singapura yang terapresiasi tipis 0,04%, serta yuan china, peso Filipina, dan yen Jepang yang sama-saman naik 0,02%.
“Aksi window dressing yang dilakukan sejumlah manajer investasi memberikan sentimen positif untuk rupiah,” tutur analis pasar uang, Ariston Tjendra, dikutip dari CNN Indonesia. “Selain itu, pemerintah juga tidak menerapkan pembatasan yang ketat menjelang libur Natal 2021 dan Tahun Baru 2022, sehingga menambah sentimen positif bagi pasar.”
Faktor pendukung lainnya, seperti disampaikan CNBC Indonesia, adalah optimisme Menteri keuangan, Sri Mulyani Indrawati, yang mengatakan bahwa perekonomian Indonesia bisa tumbuh lebih dari 5% di kuartal IV 2021. Dalam konferensi pers APBN Kita periode Desember 2021 Selasa (21/12) kemarin, ia mengatakan bahwa ekonomi bisa tumbuh karena akselerasi yang kuat.
Dari pasar global, indeks dolar AS berusaha bangkit terhadap sekeranjang mata uang utama pada hari Rabu, memulai sesi ketiga berturut-turut di bawah tekanan, karena investor saat ini lebih menyukai mata uang dan kelas aset yang lebih berisiko. Mata uang Paman Sam terpantau menguat tipis 0,054 poin atau 0,06% ke level 96,545 pada pukul 11.26 WIB.
“Sementara minggu-minggu kedua sebelum Natal biasanya volatilitas rendah untuk mata uang dan kelas aset lainnya, tahun ini beberapa kecenderungan musiman akan bercampur dengan varian Omicron yang mengancam untuk memaksa pembatasan baru,” tulis analis di ING, dilansir dari Reuters. “Pasar pun masih memproses keputusan utama bank sentral.”
Infeksi Omicron berlipat ganda di seluruh eropa, Amerika Serikat, dan Asia, menyebabkan sejumlah negara mempertimbangkan pembatasan baru pada pergerakan dan menerapkan kembali periode karantina untuk pengunjung yang datang. Namun, laporan Bloomberg tentang Food and Drug Administration yang akan mengesahkan pil pengobatan COVID-19 dari Pfizer Inc. dan Merck mungkin telah menenangkan investor.