Tekanan Sentimen Negatif Terlalu Kuat, Rupiah Berakhir Melemah

Rupiah - www.dbs.com
Rupiah - www.dbs.com

JAKARTA – Rupiah harus menerima nasib tenggelam di teritori merah pada perdagangan Selasa (11/10) sore karena dihimpit sejumlah sentimen negatif, termasuk ancaman resesi global dan kenaikan suku bunga The Fed. Menurut paparan Bloomberg Index pukul 14.58 WIB, mata uang Garuda ditutup melemah 39,5 poin atau 0,26% ke level Rp15.357,5 per dolar AS.

Bacaan Lainnya

“Pelemahan rupiah masih terbuka, bahkan berpotensi menembus level Rp16.000 per dolar AS,” tutur analis pasar uang, Ariston Tjendra, pagi tadi seperti dikutip dari CNN Indonesia. “Beberapa faktor yang menyebabkan pelemahan ini adalah suku bunga acuan The Fed yang menanjak dan kekhawatiran risiko resesi akibat inflasi yang tinggi sehingga sebagian modal masuk ke aset aman dolar AS.”

Sementara itu, mata uang di kawasan Benua Asia terpantau bergerak variatif terhadap greenback. Baht Thailand menjadi yang paling terpuruk setelah melorot 0,77%, diikuti won Korea Selatan yang terkoreksi 0,38%, China yang melemah 0,07% dan yen Jepang yang terdepresiasi 0,01%. Sebaliknya, peso Filipina dan rupee India masih mampu menguat walau tipis, masing-masing 0,01%.

Dari pasar global, indeks dolar AS terbang di atas yang rapuh pada hari Selasa, dengan kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga, pertumbuhan global dan ketegangan meresahkan investor. Mata uang Paman Sam terpantau menguat 0,140 poin atau 0,12% ke level 113,284 pada pukul 10.24 WIB, tidak jauh dari posisi tertinggi 20 tahun pada level 114,78 yang disentuh akhir bulan lalu.

Data tenaga kerja AS yang kuat pada akhir pekan lalu dan ekspektasi angka inflasi yang akan tetap tinggi (diumumkan pada hari Kamis) memperbesar ekspektasi suku bunga The Fed yang tinggi hingga tahun 2023, sekaligus mendorong dolar AS kembali ke level tertinggi multi-dekade. “Ekspektasi kami untuk ekonomi dunia memasuki resesi pada tahun depan konsisten dengan kenaikan dolar AS lebih lanjut,” papar strategi Commonwealth Bank of Australia, Carol Kong.

Di belahan Eropa, pasar Inggris tetap gelisah dan tidak sepenuhnya tenang setelah meningkatkan obligasi dan Menteri Keuangan Inggris, Kwasi Kwarteng, berjanji untuk mengajukan beberapa pengumuman anggaran. Poundsterling goyah, meluncur ke level terendah 10 hari di 1,1027 terhadap greenback pada hari Senin (10/10), tetapi bangkit 0,28% pada hari Selasa.

Pos terkait