JAKARTA – Rupiah masih berkubang di zona merah pada perdagangan Senin (13/2) pagi, bahkan semakin dalam. Menurut laporan bloomberg Index pukul 09.02 WIB, mata uang Garuda melemah tajam 64 poin atau 0,42% ke level Rp15.197,5 per dolar AS. Sebelumnya, spot sudah berakhir terkoreksi 37 poin atau 0,25% di posisi Rp15.133,5 per dolar AS pada transaksi Jumat (10/2) sore.
Menurut kepala Ekonom bank Permata, Josua Pardede, seperti dilansir dari Kontan, pelemahan rupiah sejalan dengan sikap investor yang cenderung berhati-hati. Mereka menanti kejelasan terkait seberapa tinggi Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuan. Data ketenagakerjaan AS yang kuat telah memberikan implikasi bahwa The Fed belum mendekati akhir siklus pengetatan. “Hal ini memicu ekspektasi bahwa The Fed akan berubah menjadi lebih hawkish dan menaikkan suku bunga acuannya menjadi 6%,” kata Josua.
Nyaris senada, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, juga menilai bahwa penurunan rupiah didorong oleh rilis data nonfarm payrolls AS Januari 2023 yang naik hampir tiga kali lipat di atas perkiraan. Alhasil, inflasi kemungkinan akan tetap tinggi sehingga pasar berekspektasi bahwa kenaikan suku bunga The Fed akan lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, juga menuturkan bahwa kekhawatiran kenaikan suku bunga AS kembali menjadi perhatian pelaku pasar. Menurut dia, kekhawatiran tersebut dipicu adanya kecenderungan kenaikan imbal hasil obligasi AS bertenor panjang dan spekulasi hasil pertemuan Federal Reserve terkait penanganan inflasi.
Pejabat The Fed pada pekan lalu ramai-ramai mengisyaratkan lebih banyak kenaikan suku bunga akan untuk mendinginkan inflasi lebih lanjut, meskipun tidak ada yang menyatakan bahwa laporan pekerjaan yang kuat pada Januari dapat memicu sikap kebijakan moneter yang lebih agresif. Sebelumnya, bank sentral AS telah mengatrol suku bunga sebesar 25 basis poin dalam pertemuan terakhir.
Lalu, bagaimana dengan pergerakan rupiah pada awal minggu ini? Menurut Ibrahim, mata uang Garuda akan bergerak dalam kisaran support-resistance Rp14.900 sampai Rp15.350 per dolar AS, sedangkan Josua memprediksi mata uang Garuda akan bergulir di rentang Rp15.100 hingga Rp15.200 per dolar AS. “Investor saat ini menunggu laporan data inflasi Consumer Price Index (CPI) AS pada Selasa (14/2),” pungkas Josua.