Seminar Bisnis Wisata, Tingkatkan Peluang Ekonomi Kreatif Lewat Medsos

Seminar Bisnis Wisata - (YouTube: PasarKita)
Seminar Bisnis Wisata - (YouTube: PasarKita)

Belum memaksimalkan media sosial, membuat sebagian pelaku , khususnya di bidang wisata kelimpungan menghadapi persaingan. Untuk menghadapi persoalan tersebut, beberapa waktu lalu Komunitas Wonderful Tourism menggelar seminar bertajuk ‘Dahsyatnya Bisnis Destinasi Wisata’ di Hotel Ibis, Kota Malang yang diikuti 80 peserta, meliputi para pengusaha, desa, Bumdes (badan usaha milik desa), ASN, dan pemilik tempat wisata.

Bacaan Lainnya

Dalam rangka meningkatkan dunia wisata berbasis kearifan , Komunitas Wonderful Tourism (WTC) mengajak para pelaku wisata bersinergi dalam memaksimalkan media sosial. Pasalnya, tak sedikit pelaku wisata yang masih asing dengan dunia sosial media. Padahal, promosi atau marketing saat ini dinilai lebih efektif memakai media sosial.

“Sebagian peserta belum memanfaatkan media sosial dalam hal pemasaran. Jadi, minimal dengan adanya seminar ini, semua orang bisa meningkatkan kemampuan bersosial media,” kata Founder Komunitas WTC, Drs. Djoko Sutrisno M.Pd, kepada Mayantara Media. “Kegiatan seminar ini diharapkan mampu menambah bagi para pelaku wisata yang baru membuka usahanya.”

Dia menambahkan, selama ini tak banyak orang yang berani terjun dalam bisnis wisata. Padahal, semua orang bisa menjadi pengusaha wisata, termasuk Bumdes maupun perorangan. “Orang yang belum punya usaha wisata, asalkan punya lahan dan modal, tentu bisa terjun di bisnis wisata. Semakin banyak yang terjun, maka perekonomian kreatif akan muncul,” sambungnya.

Tak hanya kemampuan memakai media sosial, seminar ini juga memfasilitasi para peserta untuk sharing kendala yang dihadapinya dalam mengelola tempat wisata. Menurut Djoko, dengan banyak sharing ilmu pengetahuan, akan memotivasi mereka yang belum punya bisnis wisata. Apalagi, Malang punya potensi wisata yang besar.

Seminar ‘Dahsyatnya Destinasi Bisnis Wisata’ tidak hanya dilaksanakan di Kota Malang, tetapi juga digelar serentak di kota lain seperti Jogja, Semarang, dan Surabaya. Bahkan, setelah rangkaian seminar, para peserta pun diberi peluang untuk bergabung dengan komunitas WTC. “Kita akan membentuk komunitas pemilik usaha wisata di seluruh agar terjalin kekompakan dan sharing ilmu yang luar biasa dari para pelaku bisnis wisata,” pungkasnya.

Selain memaksimalkan media sosial, para pebisnis wisata dituntut tidak gaptek dengan terbaru yang terus bermunculan. Salah satunya, teknologi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) yang sudah diluncurkan Bank Indonesia (BI) sejak 2019 lalu. Anggota Komisi XI DPR, Mukhamad Misbakhun, meyakini pemanfaatan QRIS akan mempercepat pemulihan sektor pariwisata yang terpuruk akibat pandemi Covid-19.

Misbakhun mengatakan, kini pemanfaatan QRIS semakin luas. Dalam perkembangan terakhir, QRIS sudah bisa digunakan orang asing yang datang ke Indonesia. “Saat ini terdapat dua jasa pembayaran di luar negeri yang bekerja sama dengan jasa pembayaran lokal, sehingga ketika turis asing datang berwisata ke Indonesia, tidak perlu menukar mata uangnya, tetapi langsung bisa menggunakan QRIS,” ujar Misbakhun, dilansir dari Berita Satu. 

Mantan pegawai Direktorat Jenderal Pajak itu pun mendorong perluasan penggunaan QRIS di bisnis pariwisata. Dengan demikian, wisatawan akan lebih mudah dalam melakukan pembayaran untuk transportasi, akomodasi, tiket destinasi, pertunjukan, bahkan saat berkuliner. Anggota parlemen asal Pasuruan, , itu juga menganggap QRIS merupakan teknologi tepat guna. “Dengan QRIS, pembeli cukup membayar sesuai harga, sedangkan penjual pun tak perlu menyediakan uang kembalian,” tuturnya.

Pos terkait