JAKARTA – Rupiah tetap tertahan di teritori negatif pada perdagangan Kamis (19/5) sore meskipun dolar AS juga bergerak lebih rendah, seiring dengan penurunan saham Asia Pasifik imbas kekhawatiran pengetatan moneter The Fed. Menurut laporan Bloomberg Index pukul 14.59 WIB, mata uang Garuda berakhir melemah 30,5 poin atau 0,21% ke level Rp14.719 per dolar AS.
Sementara itu, mata uang di kawasan Benua Asia terpantau bergerak variatif terhadap greenback. Dolar Singapura menjadi yang paling perkasa setelah menguat 0,15%, diikuti peso Filipina yang bertambah 0,06%, baht Thailand yang naik 0,03%, dan dolar Hong Kong yang terapresiasi 0,01%. Sebaliknya, won Korea Selatan harus anjlok 0,65, sedangkan yen Jepang minus 0,2% dan yuan China melemah 0,11%.
“Rupiah akan tertekan pada perdagangan hari ini, sejalan dengan pergerakan negatif bursa saham Asia dan AS, karena pasar sedang menghindari aset berisiko,” tutur analis pasar uang, Ariston Tjendra, pagi tadi seperti dikutip dari CNN indonesia. “Bursa Asia dan AS merah karena pasar khawatir dengan rencana kenaikan tingkat suku bunga acuan Federal Reserve.”
Sebagian besar bursa saham Asia Pasifik memang terpantau turun tajam pada perdagangan hari Kamis, mengikuti kerugian besar yang dialami Wall Street pada Rabu (18/5) malam. Indeks Hang Seng Hong Kong melorot 2,72%, sedangkan saham raksasa teknologi China, Tencent, anjlok 7,55% setelah laba kuartal dilaporkan berkurang. Saham Alibaba pun turun 6,5%, sedangkan indeks Nikkei 225 di Jepang melemah 2,6%.
“Saat ini ada ‘bifurcation’ dalam sentimen pasar,” kata Kepala AIA, Mark Konyn, seperti dilansir dari CNBC International. “Di satu sisi, investor agak khawatir bahwa inflasi akan menahan dan merugikan pendapatan, dan mengubah peringkat di pasar ekuitas. Namun, di sisi lain, mereka sama-sama khawatir tentang peluang pertumbuhan.”
Jatuhnya saham Wall Street di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa pengetatan agresif oleh Federal Reserve dan bank sentral global lainnya juga membuat mata uang safe haven, termasuk dolar AS, bergerak lebih rendah pada hari Kamis. Mata uang Paman Sam terpantau terdepresiasi 0,222 poin atau 0,21% ke level 103,588 pada pukul 11.12 WIB.
Seperti diwartakan Reuters, data perumahan AS yang dilaporkan memburuk menambah kekhawatiran perlambatan ekonomi. Gubernur The Fed, Jerome Powell, pun telah meningkatkan retorika hawkish pada hari sebelumnya dengan mengatakan bahwa pihaknya akan mendorong suku bunga setinggi yang diperlukan untuk membendung lonjakan inflasi yang mungkin mengancam landasan perekonomian.