Senin Pagi, Rupiah Berbalik Menguat Manfaatkan Pelemahan Dolar

Rupiah menguat
Rupiah menguat (Sumber : bisnis.com)

JAKARTA – Rupiah mampu bangkit ke area hijau pada perdagangan Senin (22/5) pagi, memanfaatkan penurunan yang dialami dolar AS. Menurut laporan Bloomberg Index pukul 09.04 WIB, mata uang Garuda menguat 15 poin atau 0,1% ke level Rp14.915 per dolar AS saat greenback turun 0,18% ke 103,014. Sebelumnya, spot harus ditutup melemah 61,5 poin atau 0,41% di posisi Rp14.930 per dolar AS pada transaksi Jumat (19/5) sore.

Pelemahan rupiah pada perdagangan akhir pekan kemarin salah satunya disebabkan optimisme atas pembicaraan plafon utang di Washington, meningkatkan ekspektasi suku bunga yang lebih untuk jangka waktu yang lebih lama. Presiden AS, Joe Biden, dan anggota Kongres dari Partai Republik, Kevin McCarthy, menggarisbawahi tekad mereka untuk segera mencapai kesepakatan guna menaikkan plafon utang pemerintah sebesar 31,4 triliun dolar AS. 

Bacaan Lainnya

Pada saat yang sama, data terbaru menunjukkan pasar tenaga yang masih ketat, dengan jumlah orang AS yang mengajukan klaim untuk tunjangan turun lebih dari yang diharapkan pada minggu lalu. Hal tersebut memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve dapat memberikan kenaikan suku bunga lagi bulan depan untuk menjinakkan inflasi.

Menurut Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana, pelemahan rupiah terjadi akibat pernyataan bernada hawkish dari sejumlah pejabat The Fed pada pekan lalu. Hal ini meningkatkan ekspektasi pasar bahwa The Fed akan melanjutkan kenaikan suku bunga acuannya. “Pernyataan dari beberapa anggota The Fed masih hawkish. Itu yang ditakutkan pasar,” ujar dia, dikutip dari Kontan.

Dari segi internal, Fikri mengatakan, pelaku pasar akan menunggu pengumuman Rapat Dewan Bank Indonesia (RDG Bank Indonesia) yang akan berlangsung pada 24-25 Mei 2023. Suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate kemungkinan akan dipertahankan di level 5,75%. Selain itu, pasar juga menanti perkembangan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2019 tentang Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang diperkirakan akan terealisasi pada bulan Juni 2023.

Hampir senada, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, juga memprediksi mata uang domestik akan cenderung melemah pada awal pekan ini. Pelemahan akan semakin terlihat setelah rilis notulensi rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 25 Mei mendatang. “Notulensi rapat FOMC tersebut berpotensi mendorong ekspektasi kenaikan suku bunga, bila The Fed memang masih mempertimbangkan kenaikan suku bunga,” katanya.

Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, pun sepakat bahwa rupiah masih akan terus melemah, dipengaruhi ekspektasi kenaikan suku bunga Federal Reserve pada bulan depan. Ia berpendapat, rupiah bisa kembali menguat apabila ekspektasi terhadap kenaikan suku bunga The Fed memudar, yakni data-data ekonomi AS mengalami pelemahan atau data ekonomi China menguat.

Pos terkait