Rapat Bank Indonesia Dimulai, Rupiah Berbalik Menguat pada Rabu Sore

Rupiah menguat (Sumber : bisnis.com)

JAKARTA – Rupiah mampu berbalik ke zona hijau pada perdagangan Rabu (18/1) sore ketika investor cenderung mengambil sikap wait and see saat Bank Indonesia akan memulai rapat kebijakan mereka pada tengah pekan ini. Menurut laporan Bloomberg Index pukul 14.59 WB, mata Garuda berakhir menguat 77,5 poin atau 0,51% ke level Rp15.087,5 per dolar AS.

Bacaan Lainnya

“Rupiah akan bergerak stabil, dengan investor cenderung wait and see menjelang pertemuan kebijakan Bank Indonesia,” tutur analis DCFX Futures, Lukman Leong, pagi tadi, seperti dikutip dari CNN Indonesia. “Dolar AS juga cenderung bergerak datar di tengah minimnya sentimen di pasar karena absennya data ekonomi penting AS pada pekan ini.”

Bank Indonesia dijadwalkan menggelar rapat bulanan pada tengah pekan ini. Kebijakan yang diambil bank sentral diyakini akan berpengaruh pada pergerakan mata uang Garuda ke depan. Sejumlah analis memprediksi, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia kali ini akan mengerek suku bunga acuan sebesar 25 basis poin guna mengendalikan laju inflasi.

Sementara itu, mayoritas mata uang di kawasan Benua Asia terpantau tidak mampu mengalahkan greenback. China menjadi yang paling terpuruk setelah merosot 0,50%, diikuti Jepang yang berkurang 0,42%, peso yang melemah 0,15%, ringgit Malaysia yang terkoreksi 0,14%, dan dolar Hong Kong yang turun 0,07%. Sebaliknya, won masih mampu menguat 0,12%.

Dilansir dari Reuters, yen harus tenggelam di area merah pada hari Rabu setelah Bank of Japan ternyata masih mempertahankan kebijakan moneter ultra-longgar mereka. Pembuat kebijakan memutuskan untuk tidak mengubah suku bunga negatif pada 0,1% dan imbal hasil obligasi 10 tahun sekitar 0%. Bank sentral Jepang juga mengonfirmasi akan melanjutkan pembelian obligasi berskala besar dan meningkatkannya secara fleksibel jika diperlukan.

Strategi tersebut telah dilakukan selama bertahun-tahun karena Bank of Japan mencoba untuk meningkatkan ekonomi yang terseok-seok dengan menjaga agar biaya tetap rendah. Namun, dengan kenaikan suku bunga oleh bank sentral lainnya, yen berada di bawah tekanan besar dan sempat mencapai level terendah tiga dekade sekitar 152 per dolar AS pada bulan Oktober lalu.

“Spekulasi akan tetap bahwa pada akhirnya akan meninjau kebijakan (Bank of Japan),” kata eksekutif di Nomura Research Institute dan mantan anggota dewan kebijakan Bank of Japan, Takehide Kiuchi, kepada AFP. “Fokus pasar sekarang akan beralih ke penunjukan gubernur baru dan bank perlu membuat kebijakan yang lebih fleksibel, siapa pun yang nantinya ditunjuk.”

Pos terkait