JAKARTA – Rupiah berhasil mempertahankan posisi di zona hijau pada perdagangan rabu (16/3) sore menjelang keputusan rapat Federal Reserve yang diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan untuk meredam inflasi. Menurut laporan bloomberg Index pukul 14.59 WIB, mata uang Garuda ditutup menguat 15 poin atau 0,10% ke level Rp14.311,5 per dolar as.
Sementara itu, mata uang di kawasan Benua Asia terpantau bergerak variatif terhadap greenback. Peso Filipina menjadi yang paling perkasa setelah bertambah 0,14%, diikuti ringgit Malaysia dan baht Thailand yang sama-sama menguat 0,12%, dan dolar Hong Kong yang naik tipis 0,03%. Sebaliknya, yuan China harus melorot 0,08%, sedangkan rupee India melemah 0,06%.
Menurut analis pasar uang, Ariston Tjendra, seperti dikutip dari CNN Indonesia, rupiah masih berpeluang mengalami penurunan. Pasalnya, dini hari nanti WIB, Federal Reserve bisa mengumumkan kebijakan yang lebih agresif dalam menaikkan suku bunga acuan karena melihat fakta bahwa inflasi AS terus naik. “Kebijakan agresif menaikkan tingkat imbal hasil AS dan mendorong penguatan dolar AS,” katanya.
Dari pasar global, indeks dolar AS terpantau bergerak lebih rendah pada hari Rabu, ketika pasar berekspektasi Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuan pada rapat kebijakan yang berakhir pada hari ini waktu setempat. Mata uang Negeri Paman Sam melemah 0,218 poin atau 0,22% ke level 98,879 pada pukul 10.55 WIB.
Dalam banyak hal, naskah telah ditulis sebelumnya untuk pertemuan kebijakan Federal Reserve yang berakhir pada hari Kamis (17/3) dini hari WIB. Dengan inflasi AS yang mencapai level tertinggi dalam 40 tahun dan pasar tenaga kerja yang ketat, Ketua The Fed, Jerome Powell, telah memberikan lampu hijau untuk kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin atau yang pertama sejak 2018.
Pada Desember 2021 lalu, The Fed memperkirakan kenaikan suku bunga tiga perempat poin persentase untuk tahun ini, tiga kenaikan lagi pada tahun 2023, dan dua kenaikan lagi pada tahun 2024. Total kenaikan delapan poin seperempat akan membawa suku bunga kebijakan Fed mencapai 2,1%. Namun, pasar sekarang memprediksi ada kenaikan tujuh seperempat poin pada tahun ini.
Jika The Fed memberi sinyal mereka akan memindahkan suku bunga ke wilayah ‘restriktif’, di atas 2,5%, itu akan menjadi tanda hawkish. Pasar tidak berpikir The Fed akan mengambil sikap membatasi, tetapi banyak ekonom berpikir itu tidak bisa dihindari. “Suku bunga pada akhirnya harus naik di atas 3% untuk menurunkan inflasi,” ujar ekonom Amherst Pierpont, Stephen Stanley.