Senin Sore, Rupiah Menguat Imbas Sikap Dovish Jerome Powell

Rupiah menguat
Rupiah menguat (Sumber : aktual.com)

JAKARTA – Rupiah tetap bertengger di zona hijau pada perdagangan Senin (22/5) sore, setelah pernyataan dovish Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, dan kemunduran pembicaraan plafon utang AS membuat dolar AS tergelincir. Menurut laporan Bloomberg Index pukul 14.59 WIB, mata uang Garuda menguat 40 poin atau 0,27% ke level Rp14.890 per dolar AS.

Mayoritas mata uang di Benua Asia juga kompak menaklukkan greenback. Peso Filipina menjadi yang paling perkasa setelah melonjak 0,39%, diikuti China yang terapresiasi 0,36%, won Korea Selatan yang bertambah 0,35%, baht Thailand yang menguat 0,26%, dan yen Jepang yang naik 0,10%. Sementara itu, dolar Singapura dan dolar Hong Kong terpantau bergerak stagnan.

Bacaan Lainnya

“Rupiah akan menguat pada perdagangan hari ini karena dolar AS terpantau melemah imbas penurunan yang dialami imbal hasil obligasi AS,” tutur analis DCFX, Lukman Leong, pagi tadi seperti dikutip dari CNN Indonesia. “Namun, penguatan (rupiah) akan terbatas mengingat masalah debt-ceiling yang masih belum terselesaikan.”

Dari pasar global, dolar AS memang mengalami kerugian, termasuk terhadap yen dan euro, pada hari Senin menyusul kegagalan mengejutkan dalam negosiasi plafon utang AS dan setelah Jerome Powell mengindikasikan preferensi untuk memperlambat kenaikan suku bunga. Mata uang Paman Sam melemah 0,161 poin atau 0,16% ke level 103,037 pada pukul 10.50 WIB.

Negosiasi plafon utang AS tiba-tiba terhenti pada hari Jumat (19/5), dengan negosiator Republik keluar dari pertemuan. Meskipun pembicaraan akhirnya dilanjutkan, tidak ada pihak yang mengutip kemajuan apa pun, menjatuhkan dolar AS lebih rendah. Investor sekarang menantikan pertemuan antara Presiden AS, Joe Biden, dan Ketua DPR AS dari Republik, Kevin McCarthy, untuk membahas plafon utang pada Senin ini.

Sementara itu, Powell mengatakan pada konferensi bank sentral di Washington bahwa kondisi kredit yang lebih ketat berarti tingkat kebijakan The Fed mungkin tidak perlu naik sebanyak yang seharusnya untuk mencapai tujuan, meskipun dia menegaskan kembali bahwa keputusan akan dibuat ‘pertemuan demi pertemuan’. Pedagang pasar uang sekarang telah mengurangi taruhan untuk kenaikan suku bunga pada Juni mendatang menjadi hanya 9%.

“Dolar AS lebih cenderung didorong oleh prospek The Fed, dan preferensi Powell untuk jeda pada bulan Juni harus lebih besar daripada catatan hawkish dari Gubernur The Fed regional, meninggalkan greenback sebagai aksi jual,” papar ahli strategi Westpac, Sean Callow, dilansir dari Reuters. “Dolar AS bisa turun menuju 101 dalam beberapa hari atau minggu mendatang, terutama karena keputusan ECB (Bank Sentral Eropa) yang sedang berlangsung tentang inflasi.”

Pos terkait