JAKARTA – Rupiah mampu mempertahankan posisi di teritori hijau pada perdagangan Senin (13/12) sore ketika fokus investor saat ini tertuju sepenuhnya pada pertemuan sejumlah bank sentral, termasuk Federal Reserve. Menurut laporan Bloomberg Index pada pukul 14.59 WIB, mata uang Garuda berakhir menguat 39,5 poin atau 0,27% ke level Rp14.331 per dolar as.
Sementara itu, mayoritas mata uang di kawasan Benua asia juga mampu mengungguli greenback. Won Korea Selatan terpantau menguat 0,24%, diikuti yuan China yang bertambah 0,17%, baht Thailand yang naik 0,13%, dan ringgit Malaysia yang terapresiasi 0,11%. Sebaliknya, yen Jepang harus melemah 0,07%, sedangkan dolar Hong Kong bergerak stagnan.
“Minggu ini fokusnya ada di The Fed. pelaku pasar mewaspadai adanya percepatan penyelesaian program stimulus AS supaya bisa segera melakukan perubahan suku bunga,” ujar analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange, Nikolas Prasetia, dilansir dari Antara. “Langkah tersebut perlu diwaspadai karena dapat memperkuat kinerja dolar AS dan berdampak negatif pada rupiah.”
Dari pasar global, indeks dolar AS relatif bergerak tenang pada awal pekan ketika pertemuan bank sentral, termasuk oleh Federal Reserve, diperkirakan akan mendorong pasar uang, sedangkan pound sterling harus turun imbas kekhawatiran mengenai varian omicron. Mata uang Paman Sam terpantau menguat 0,1 poin atau 0,1% ke level 96,197 pada pukul 11.37 WIB.
Seperti diberitakan reuters, pasar telah berayun secara luas sejak ketegangan baru muncul karena kekhawatiran akan omicron bisa berdampak besar, yang awalnya mendorong arus ke aset safe-haven. Namun, laporan studi yang menilai bahwa dampak omicron mungkin tidak seburuk yang ditakuti menyebabkan arus ini berbalik arah minggu lalu.
Sejalan dengan berita terbaru tentang varian omicron, acara terjadwal paling signifikan untuk pasar mata uang pada minggu ini adalah pertemuan kebijakan bank sentral. Yang paling penting adalah pertemuan Federal Reserve pada tengah pekan ini. Investor sekarang memprediksi The Fed akan mengumumkan percepatan pengurangan program pembelian obligasi, membuka peluang untuk setidaknya satu kenaikan suku bunga pada tahun depan.
Sementara itu, European Central Bank (ECB) dan Bank of Japan akan meninjau pengaturan kebijakan mereka minggu ini. Pelaku pasar mulai berbicara tentang kemungkinan ECB berubah lebih hawkish, sedangkan bank sentral Jepang diperkirakan masih akan dovish. Yang juga mengadakan pertemuan adalah bank of england, serta bank sentral Norwegia dan Swiss.