Kekhawatiran Pasar Mereda, Rupiah Berakhir Menguat Jelang Libur Nyepi

Rupiah menguat
Rupiah menguat (Sumber : www.viva.co.id)

JAKARTA – Rupiah tetap berada di zona hijau pada perdagangan Selasa (21/3) sore menjelang libur Nyepi, setelah beberapa kekhawatiran akan meluasnya krisis perbankan sistemik perlahan mereda. Menurut laporan Index pada pukul 14.57 WIB, mata Garuda berakhir menguat 15 poin atau 0,10% ke level Rp15.345 per dolar AS.

Tidak jauh berbeda, mayoritas mata uang di kawasan Benua Asia juga terpantau mampu mengalahkan greenback. Peso Filipina menjadi yang paling perkasa setelah melonjak 0,72%, diikuti won Korea Selatan yang bertambah 0,23%, baht Thailand yang menguat 0,17%, yen Jepang yang terapresiasi 0,08%, dan dolar Hong Kong yang naik tipis 0,03%. Sebaliknya, dolar Singapura harus melemah 0,11%, sedangkan yuan China terkoreksi 0,01%.

Bacaan Lainnya

“Rupiah berpotensi menguat tetapi terbatas dikarenakan koreksi pada dolar AS di tengah meredanya kekhawatiran di pasar,” ujar analis senior DCFX, Lukman Leong, pagi tadi seperti dikutip dari CNN Indonesia. “Investor juga cenderung wait and see mengantisipasi pertemuan FOMC besok, dengan The Fed diperkirakan akan bernada dovish dan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin.”

Dari pasar global, dolar AS sebenarnya mendapatkan kembali kekuatannya pada hari Selasa, tetapi tetap berada di dekat level terendah lima minggu karena para pedagang kembali ke aset berisiko setelah pengambilalihan Credit Suisse yang didukung negara oleh UBS menghilangkan beberapa kekhawatiran akan meluasnya krisis perbankan sistemik. Mata uang Paman Sam menguat 0,085 poin atau 0,08% ke level 103,366 pada pukul 10.44 WIB.

Berita tentang rencana pengambilalihan saingan Credit Suisse oleh UBS memberi jalan bagi reli kecil aset risiko, karena kekhawatiran atas gejolak yang mengguncang pasar di seluruh bank global berkurang. Untuk membendung penularan yang meluas dan untuk meredakan kekhawatiran pasar, Federal Reserve, berkoordinasi dengan bank sentral di tempat lain, mengumumkan bahwa mereka akan menawarkan pertukaran mata uang harian untuk memastikan bank-bank di Kanada, Inggris, Jepang, Swiss, dan zona Eropa akan memiliki dolar AS yang dibutuhkan untuk beroperasi.

Namun, sentimen pasar tetap rapuh karena investor berjuang untuk menentukan skala konsekuensi dari pukulan sektor yang dimulai dengan keruntuhan Silicon Valley Bank, membatasi selera risiko dan memberikan beberapa dukungan pada dolar AS. “Pasar tetap gelisah, tetapi kecepatan respons pembuat terhadap risiko sektor perbankan sangat menggembirakan,” kata kepala strategi FX Asia di RBC Capital Markets, Alvin Tan, dilansir dari Reuters.

Pos terkait