JAKARTA – Setelah bergerak dalam kisaran yang sempit, rupiah menutup perdagangan Kamis (2/9) di zona hijau, ketika fokus para pedagang saat ini tertuju pada laporan nonfarm payrolls yang akan dirilis pada akhir pekan. Menurut data Bloomberg Index pada pukul 14.57 WIB, mata uang Garuda menguat 10 poin atau 0,07% ke level Rp14.272,5 per dolar AS.
Sementara itu, mata uang di kawasan Benua Asia terpantau bergerak variatif terhadap greenback. Yen Jepang dan dolar Hong Kong kompak menguat, masing-masing 0,05% dan 0,01%, sedangkan ringgit Malaysia stagnan. Sebaliknya, won Korea Selatan harus melemah 0,15%, diikuti baht Thailand yang terdepresiasi 0,12% dan peso Filipina yang terkoreksi tipis 0,05%.
“Rupiah berpotensi menguat karena data ketenagakerjaan AS versi swasta yang dirilis malam tadi berada di kisaran 374 ribu orang,” kata analis pasar uang, Ariston Tjendra, pagi tadi seperti dilansir dari CNN Indonesia. “Meski demikian, penguatan mata uang Garuda tidak akan terlalu tinggi karena investor masih menantikan data ketenagakerjaan AS versi pemerintah yang akan dirilis akhir pekan ini.”
Dari pasar global, dolar AS masih berkutat di sekitar posisi terendah multi-minggu pada hari Kamis, tertekan oleh data tenaga kerja AS yang lebih lemah dari perkiraan ketika para pedagang menunggu pembacaan pekerjaan yang lebih lengkap, yang diperkirakan akan memandu waktu Federal Reserve dalam hal pembelian obligasi. Mata uang Paman Sam menguat 0,065 poin atau 0,07% ke level 92,514 pada pukul 11.11 WIB.
“Kehilangan (angka pekerjaan) tu diabaikan terlalu besar,” kata ahli strategi mata uang di National Australia Bank, Rodrigo Catril, dikutip dari Reuters. ”Pasalnya, hal itu dapat menunjukkan angka-angka pada hari jumat (3/9) yang jauh dari perkiraan dan mendorong para pedagang menurunkan ekspektasi pengurangan pembelian aset The Fed. Kabar buruk di pasar tenaga kerja adalah kabar baik untuk aset berisiko mengingat punchbowl akan tetap cair sedikit lebih lama.”
Perkiraan gaji rata-rata dari 80 ekonom yang disurvei oleh Reuters adalah 728.000 pekerjaan sepanjang bulan Agustus 2021, meskipun seperti bulan-bulan sebelumnya kisaran perkiraan sangat bervariasi dan membentang dari 375.000 hingga lebih dari satu juta. Gubernur The Fed, Jerome Powell, pekan lalu sempat mengatakan bahwa pemulihan pekerjaan akan menentukan waktu pengurangan pembelian aset.