JAKARTA – Rupiah harus terjatuh cukup dalam ke area merah pada perdagangan Kamis (16/3) pagi saat pasar menantikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) bank indonesia. Menurut data Bloomberg Index pukul 09.03 WIB, mata uang Garuda melemah 67 poin atau 0,44% ke level Rp15.448,5 per dolar as. Sebelumnya, spot sempat berakhir menguat tipis 3,5 poin atau 0,02% di posisi Rp15.381,5 per dolar AS pada transaksi Rabu (15/3) sore.
Menurut Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, pelaku pasar yakin bahwa sektor keuangan di Indonesia masih aman dari dampak kebangkrutan Silicon Valley Bank di AS. Sektor keuangan masih berada dalam situasi yang sangat baik dengan pergerakan modal asing menuju emerging markets, membuat rupiah kemarin positif.
“Dampak kasus Silicon Valley Bank kemungkinan tidak akan besar seperti kejatuhan Lehman Brothers di tahun 2008 yang membuat krisis ekonomi global,” ujar Ibrahim, seperti dikutip dari Kontan. “Ini terbukti dari derasnya modal asing yang sudah masuk ke pasar finansial dalam negeri, sehingga berdampak terhadap pergerakan nilai tukar rupiah.”
Penguatan mata uang Garuda kemarin juga tidak terlepas dari rilis neraca perdagangan Februari 2023 yang dilaporkan kembali mengalami surplus. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa neraca perdagangan bulan Februari 2023 mengalami surplus sebesar 5,48 miliar dolar AS. Surplus terjadi karena ekspor Indonesia tercatat mencapai 21,40 miliar dolar AS, sedangkan nilai impor sebesar 15,92 miliar dolar AS.
Lalu, bagaimana dengan proyeksi pergerakan mata uang Garuda pada hari ini? Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengatakan bahwa rupiah berpotensi menguat, terutama bila indikator inflasi di level produser yakni Price Producer Inflation (PPI) AS pada Februari 2023 terafirmasi melemah. Selain itu, rupiah akan terpengaruh hasil RDG Bank Indonesia yang akan diumumkan siang nanti.
Menurut rilis terbaru Departemen Tenaga Kerja AS pada Rabu waktu setempat, PPI AS pada Februari 2023 turun 0,1%, lebih rendah dibandingkan estimasi Dow Jones untuk kenaikan 0,3% dan dibandingkan dengan kenaikan 0,3% di bulan sebelumnya. Pada basis 12 bulan, indeks meningkat 4,6%, jauh di bawah level 5,7% yang direvisi turun dari bulan sebelumnya.