JAKARTA – Rupiah harus berbalik ke zona merah pada perdagangan Rabu (24/5) pagi menjelang Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia. Menurut paparan Bloomberg Index pukul 09.02 WIB, mata uang Garuda melemah 30 poin atau 0,20% ke level Rp14.905 per dolar AS. Sebelumnya, spot berakhir menguat 15 poin atau 0,10% di posisi Rp14.875 per dolar AS pada transaksi Selasa (23/5) sore.
Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, seperti dilansir dari Antara, berpendapat bahwa penguatan rupiah kemarin terjadi karena masih tingginya minat investor untuk membeli surat utang pemerintah Indonesia Surat Syariah Berharga Negara (SBSN) melalui lelang. Selain itu, ekspektasi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2023 juga diperkirakan lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya.
Sementara itu, pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, mengatakan penguatan rupiah didorong oleh surplus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp234,7 triliun atau 1,12% terhadap produk domestik bruto (PDB) pada periode April 2023. Dalam empat bulan pertama di 2023, APBN mengalami surplus, baik di keseimbangan primer maupun total control balance dari APBN.
“Pasar merespon positif terhadap surplus APBN pada periode April 2023, membuat aliran modal asing kembali masuk ke pasar dalam negeri,” katanya, seperti dikutip dari Okezone.com. “Untuk belanja negara, hingga akhir April 2023 ini, telah dibelanjakan senilai Rp765,8 triliun. Ini artinya 25% dari total belanja tahun ini sudah terealisasi.”
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menambahkan bahwa penguatan tipis rupiah sebelumnya diakibatkan oleh optimisme dari progress pembicaraan ceiling debt AS, yang kemudian mendorong penguatan sentimen risk-on bagi rupiah. Pasar sendiri sebenarnya masih cenderung wait and see, terefleksi dari pergerakan mata uang Asia yang cenderung mixed.
Lalu, bagaimana dengan pergerakan mata uang Garuda pada perdagangan hari ini? Menurut Josua, rupiah berpotensi menguat, tetapi akan terbatas. Dari eksternal, ia bilang sentimen penggeraknya adalah perkiraan bahwa data ekonomi AS yang cenderung mengalami perlambatan. “Rupiah akan bergerak di kisaran Rp14.825 sampai Rp14.925 per dolar AS,” tutur Josua, dinukil dari Kontan.