JAKARTA – Setelah bergulir dalam kisaran yang relatif sempit, rupiah akhirnya harus puas menutup perdagangan Selasa (27/7) di area merah ketika fokus pasar saat ini tengah tertuju pada rapat kebijakan federal Reserve. Menurut laporan Bloomberg Index pada pukul 14.59 WIB, mata uang Garuda berakhir melemah 10 poin atau 0,07% ke level Rp14.492,5 per dolar AS.
Sementara itu, mayoritas mata uang di kawasan Benua Asia terpantau mampu mengungguli greenback. won Korea Selatan menjadi yang paling perkasa setelah melonjak 0,48%, disusul dolar Taiwan yang menguat 0,21%, dan yen Jepang yang naik 0,13%. Baht Thailand juga menguat 0,11%, diikuti yuan China yang terapresiasi 0,10%, dan ringgit Malaysia yang naik tipis 0,05%.
“Minat pasar global terhadap aset berisiko, termasuk mata uang di negara berkembang, terlihat membaik, yang tampak dari kenaikan indeks saham AS semalam dan indeks saham Asia pagi tadi,” ujar analis pasar uang, Ariston Tjendra, dilansir dari CNN Indonesia. “Selain itu, kenaikan harga Bitcoin yang kembali mendekati area 40 ribu dolar AS juga bisa mengindikasikan perbaikan sentimen pasar terhadap aset berisiko.”
Dari pasar global, indeks dolar AS melayang tepat di bawah puncak baru-baru ini pada hari Selasa, ketika fokus investor beralih ke pertemuan Federal Reserve pada tengah pekan ini untuk mencari petunjuk tentang prospek kebijakan. Mata uang Paman Sam terpantau melemah tipis 0,0410 poin atau 0,04% ke level 92,608 pada pukul 10.17 WIB.
Seperti diberitakan Reuters, pertemuan Federal Reserve pada tengah minggu ini berfokus pada seputar pembelian obligasi dan wawasan tentang kenyamanan bank sentral AS dengan melonjaknya inflasi. Menurut ahli strategi Commonwealth Bank of Australia, Joe Capurso, petunjuk bahwa tapering bisa segera dimulai mungkin berpotensi mengangkat nilai tukar dolar AS.
“Kami berharap Ketua The Fed, Jerome Powell, akan menyampaikan lebih banyak kesabaran daripada banyak pembicara bank baru-baru ini tentang menurunkan inflasi, selama kondisi ekonomi domestik masih menunjukkan kelesuan pasar tenaga kerja,” timpal kepala penelitian G10 FX di Standard Chartered, Steven Englander. “Komentar dovish oleh Powell kemungkinan akan mendorong suku bunga jangka panjang.”
Di tempat lain, kekhawatiran pada penyebaran virus corona varian delta dan kegelisahan di pasar saham China membuat investor cenderung berhati-hati. Dolar Australia yang sensitif terhadap risiko stabil di 0,7382 per dolar AS. Sementara itu, pound sterling mendekati level tertinggi satu minggu di 1,3827 terhadap greenback karena data awal tampaknya menunjukkan penurunan lonjakan kasus Covid-19 di Inggris.