JAKARTA – Rupiah harus berbalik ke zona merah pada perdagangan Senin (12/6) pagi ketika fokus pasar sepenuhnya tertuju pada rapat kebijakan Federal Reserve pada tengah pekan ini. Menurut laporan Bloomberg Index pukul 09.32 WIB, mata uang Garuda melemah 39,4 poin atau 0,27% ke level Rp14.879,5 per dolar AS. Sebelumnya, spot ditutup menguat 55 poin atau 0,37% di posisi Rp14.840 per dolar AS pada transaksi Jumat (9/6) sore.
Menurut analis ICDX, Revandra Aritama, penguatan rupiah pada akhir pekan kemarin disebabkan kondisi ekonomi Indonesia yang berada pada level yang baik dan kondisi ekonomi AS yang cukup tertekan. Perekonomian yang baik disebut mampu menyerap investasi dari domestik maupun luar negeri, sehingga memengaruhi penguatan rupiah.
“Masih ada kekhawatiran terkait kondisi ekonomi China, tetapi belum ada rilis data konkret, terutama soal neraca perdagangan Indonesia,” ujar Revandra, dikutip dari Antara. “Namun, kondisi ekonomi China tersebut harus menjadi perhatian menyangkut perekonomian Indonesia yang pada gilirannya dapat berpengaruh pada nilai tukar rupiah.”
Nyaris senada, analis senior DCFX, Lukman Leong, menuturkan bahwa penguatan rupiah kemarin disebabkan sentimen risk-off di pasar. Ia menyebut data inflasi China yang lebih rendah membuat investor lebih percaya diri dengan perekonomian negara tersebut. “Data inflasi China yang lebih rendah dari perkiraan disambut positif,” tutur Lukman, dilansir dari CNN Indonesia.
“Sepekan kemarin, rupiah lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen eksternal, terutama dari AS,” sambung Lukman. “Ekspektasi tingkat suku bunga Federal Reserve sempat naik, tetapi kemudian turun setelah beberapa data ekonomi yang lebih lemah dari AS, seperti ISM sektor servis dan klaim pengangguran yang lebih jelek dari perkiraan.”
Untuk awal pekan ini, ia memperkirakan rupiah akan range bound. Menurut dia, investor cenderung akan wait and see menantikan pengumuman data inflasi AS dan pertemuan FOMC. “Rupiah berpotensi menguat setelah itu, dan investor mengantisipasi data perdagangan Indonesia yang diperkirakan akan kembali surplus,” sambung Lukman.
Pada minggu ini, fokus pasar terutama tertuju pada rapat kebijakan The Fed yang akan dilaksanakan pada tengah pekan. pejabat Federal Reserve telah memasuki periode blackout sebelum keputusan, dan pasar percaya bahwa Ketua The Fed, Jerome Powell, tampaknya cenderung mempertahankan status quo minggu depan, tetapi akan menekankan bahwa tindakan pengetatan belum berakhir.