JAKARTA – rupiah harus menerima nasib parkir di teritori merah pada perdagangan Rabu (27/7) sore ketika perhatian pasar sepenuhnya tertuju pada hasil rapat kebijakan The Fed yang kemungkinan mengatrol suku bunga acuan. Menurut laporan Bloomberg Index pukul 14.59 WIB, mata uang Garuda berakhir melemah 17 poin atau 0,11% ke level Rp15.010 per dolar AS.
Sementara itu, mayoritas mata uang di kawasan Benua Asia terpantau tidak mampu mengungguli greenback. Peso Filipina menjadi yang paling terpuruk setelah anjlok 0,57%, diikuti won Korea Selatan yang melorot 0,5%, baht Thailand yang melemah 0,17%, yen Jepang yang terdepresiasi 0,12%, dan yuan China yang turun 0,07%. Sebaliknya, dolar Singapura masih menguat tipis 0,01%, sedangkan dolar Hong Kong bergerak stagnan.
“Pelemahan rupiah didorong penguatan dolar AS menjelang rilis suku bunga The Fed pada hari ini (waktu setempat),” papar analis DCFX, Lukman Leong, pagi tadi seperti dikutip dari CNN Indonesia. “Investor akan menantikan apakah The Fed akan bernada dovish dengan menyinggung hal mengenai resesi atau perlambatan ekonomi. Apa pun sikap The Fed, diperkirakan akan menguntungkan dolar AS.”
Hampir senada, Presiden Komisioner HFX international Berjangka, Sutopo Widodo, mengatakan bahwa keputusan suku bunga Federal Reserve akan menjadi sentimen utama dalam perdagangan valuta. Hanya saja, pasar tampaknya sudah mengantisipasi kemungkinan kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin. “Namun, jika The Fed memberikan kejutan dengan kenaikan 100 basis poin, dolar AS akan kembali bergerak naik sebelum turun lebih jauh pada bulan depan,” katanya, dilansir dari Kontan.
Dari pasar global, euro mengalami kerugian pada hari Rabu setelah penurunan paling tajam dalam dua minggu karena pengurangan pasokan gas Rusia membuat harga energi melonjak, sedangkan dolar Australia merosot dengan lega bahwa inflasi tidak sepanas yang diperkirakan beberapa investor. Euro memang naik 0,3% ke level 1,0145 terhadap greenback, tetapi tidak dapat menutup sebagian besar pelemahan 1% pada hari sebelumnya.
Seperti dilansir dari Reuters, pasar sekarang memperkirakan peluang 85,7% untuk kenaikan suku bunga sebesar 50 basis poin oleh Reserve Bank of Australia pada minggu depan, setelah inflasi inti Negeri Kanguru Juni 2022 dilaporkan naik 4,9% secara tahunan, tidak seburuk yang dikhawatirkan. Untuk The Fed, diperkirakan mengatrol sebesar 75 basis poin, dengan peluang 13% untuk kenaikan 100 basis poin.