Jumat Sore, Rupiah Melemah Jelang Laporan Nonfarm Payrolls AS

Rupiah - www.beritasatu.com
Rupiah - www.beritasatu.com

JAKARTA – Rupiah tetap tertahan di zona merah pada perdagangan Jumat (10/3) sore ketika fokus pasar saat ini sepenuhnya tertuju pada laporan nonfarm payrolls untuk petunjuk langkah kebijakan The Fed berikutnya. Menurut catatan Bloomberg Index pada pukul 14.57 WIB, uang Garuda berakhir melemah 17 poin atau 0,11% le level Rp15.450 per dolar AS.

Bacaan Lainnya

Sementara itu, mata uang di kawasan Benua terpantau bergerak variatif terhadap greenback. Won Selatan menjadi yang paling terpuruk setelah melorot 0,38%, diikuti dolar Singapura yang terkoreksi 0,09%, dan yuan China yang turun 0,08%. Sebaliknya, peso Filipina mampu menguat 0,13%, sedangkan rupee India bertambah 0,09% dan yen Jepang naik 0,06%.

“Peluang pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih terbuka. Sentimen The Fed tetap memberikan tekanan untuk mata uang Garuda,” ujar pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, dikutip dari Liputan6. “Sinyal dari (Ketua The Fed) Jerome Powell dan pengumuman The Fed yang semakin dekat mungkin menjadi alasan bagi pelaku pasar untuk mengambil sikap wait and see dan mengantisipasi yang terburuk, yakni kenaikan acuan yang agresif.”

Dari pasar global, laju positif dolar AS terhenti pada hari Jumat setelah kenaikan klaim pengangguran di AS menyiratkan kemungkinan pelonggaran kondisi di pasar tenaga kerja dan meredam ekspektasi kenaikan suku bunga agresif lebih lanjut dari Federal Reserve. Mata uang Paman Sam terpantau melemah 0,113 poin atau 0,11% ke level 105,196 pada pukul 10.48 WIB.

Data yang dirilis pada hari Kamis (9/3) waktu setempat menunjukkan bahwa jumlah orang AS yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran paling banyak dalam lima bulan pada minggu lalu, meskipun tren yang mendasari tetap konsisten dengan pasar tenaga kerja yang ketat. Lonjakan klaim pengangguran sudah cukup untuk menyebabkan para pedagang melepaskan beberapa taruhan bahwa suku bunga AS akan naik jauh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

Fokus sekarang beralih ke laporan nonfarm payrolls AS yang pada hari Jumat waktu setempat, yang menjadi titik data utama berikutnya yang dapat memberikan petunjuk tentang langkah untuk kebijakan moneter The Fed selanjutnya. Menurut survei ekonom Reuters, nonfarm payrolls AS kemungkinan meningkat sebesar 205.000 pada bulan 2023 setelah melonjak sebesar 517.000 pada bulan sebelumnya.

“Laporan penggajian telah mengejutkan kami, saya pikir, sekitar 10 bulan berturut-turut hingga sekarang, jadi itu menjadi tanda kekuatan nyata bagi ekonomi AS,” kata kepala ekonom di Kiwibank, Jarrod Kerr. “Ini sedikit membuat frustrasi The Fed. Mereka jelas banyak memperketat, berharap itu akan berpengaruh. Namun, kami telah melihat banyak indikator aktivitas bangkit kembali dalam beberapa bulan terakhir.”

Pos terkait