JAKARTA – Rupiah harus berbalik ke zona merah pada perdagangan Selasa (16/11) sore karena greenback bergerak lebih tinggi ketika fokus investor saat ini tengah tertuju pada laporan penjualan ritel AS. Menurut paparan Bloomberg Index pada pukul 14.58 WIB, mata uang Garuda ditutup melemah 18,5 poin atau 0,13% ke level Rp14.220 per dolar AS.
Setali tiga uang, mayoritas mata uang di kawasan Benua Asia juga tidak sanggup menahan gempuran greenback. Peso filipina menjadi yang paling terpuruk setelah anjlok 0,26%, diikuti won korea selatan yang melemah 0,24%, yen Jepang yang terkoreksi 0,12%, dan baht thailand yang turun 0,05%. Sebaliknya, meski tipis, dolar Singapura masih mampu menguat 0,03%.
“Nilai tukar rupiah kemungkinan akan bergerak di zona hijau pada hari ini, karena realisasi data neraca perdagangan periode Oktober 2021 masih menjadi sentimen positif, selain pelaku pasar tetap tertarik dengan aset berisiko,” ujar pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, pagi tadi seperti dilansir CNN indonesia. “Namun, kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun berpotensi menahan kenaikan rupiah.”
Dari pasar global, indeks dolar AS mampu menuju level tertinggi 16 bulan terhadap sekeranjang mata uang utama pada hari Selasa, didorong pertumbuhan global dan kekhawatiran inflasi, ketika investor tengah menantikan rilis data penjualan ritel AS pada tengah minggu ini. Mata uang Paman Sam terpantau 0,026 poin atau 0,03% ke level 95,433 pada pukul 12.31 WIB.
Seperti diwartakan Reuters, permintaan untuk greenback sempat melunak pada akhir pekan kemarin, ketika sebuah laporan menunjukkan sentimen konsumen turun ke level terendah dalam satu dekade, sebagian karena lonjakan inflasi. Namun, mata uang itu rebound hari Senin (15/11) setelah bank sentral di Eropa dan Inggris menyatakan kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi dan indeks harga konsumen.
Saat ini, fokus investor tertuju pada data penjualan ritel AS pada untuk mendapatkan petunjuk ke mana arah dolar AS selanjutnya. Menurut jajak pendapat Reuters, penjualan ritel bulan Oktober 2021 diperkirakan naik 1,1%. “Mengikuti data sentimen konsumen, perhatian akan tertuju pada penjualan ritel AS untuk melihat apakah penurunan konsumsi tercermin dalam penjualan ritel,” kata analis pasar keuangan di City Index, Fiona Cincotta.