JAKARTA – Rupiah tetap berada di teritori negatif pada perdagangan Selasa (13/12) ketika investor berharap-harap cemas menjelang laporan angka inflasi AS bulan November 2022 yang akan menentukan langkah the fed selanjutnya. Menurut data Bloomberg Index pukul 14.56 WIB, mata uang Garuda berakhir melemah 29,5 poin atau 0,19% ke level Rp15.657 per dolar AS.
Sementara itu, mayoritas mata uang di kawasan Benua Asia justru mampu mengungguli greenback. Baht Thailand menjadi yang paling perkasa setelah melonjak 0,31%, diikuti dolar Singapura yang bertambah 0,07%, won Korea Selatan yang naik 0,04%, dolar Hong Kong yang menguat 0,03%, dan yen Jepang yang terapresiasi 0,01%. Sebaliknya, peso Filipina harus melemah 0,25%, sedangkan yuan China turun 0,03%.
“Rupiah akan cenderung bergerak datar dengan potensi melemah terbatas, karena investor wait and see menantikan rilis data inflasi AS pada malam nanti, yang mungkin akan bisa memengaruhi statement The Fed pada rapat besok,” tutur analis DCFX Futures, Lukman Leong, pagi tadi seperti dikutip dari CNN indonesia. “Rupiah akan bergerak di rentang Rp15.600 sampai Rp15.700 per dolar AS.”
Dari pasar global, dolar AS bergerak lebih rendah pada hari Selasa menjelang rilis data inflasi AS dan pertemuan terakhir Federal Reserve pada tahun ini, dengan investor menunggu untuk memperbarui prospek suku bunga acuan. Mata uang Paman Sam terpantau melemah 0,121 poin atau 0,12% ke level 105,010 pada pukul 10.39 WIB.
Seperti diwartakan Reuters, sebulan yang lalu, kejutan kecil pada sisi bawah melepaskan gelombang pembelian obligasi dan penjualan dolar AS di tengah ekspektasi bahwa inflasi telah mencapai puncaknya. Angka-angka terbaru yang akan rilis hari ini akan menguji asumsi itu, sedangkan keputusan rapat The Fed pada hari rabu (14/12) akan memberikan umpan balik yang cukup cepat dari pembuat kebijakan.
Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan inflasi inti AS bulan November 2022 stabil di 0,3% secara bulanan, tetapi melihat moderasi dalam kecepatan tahunan, dengan harga utama terlihat 7,3% lebih tinggi dari tahun sebelumnya. “Kesalahan di kedua arah dapat membuat pasar mengasumsikan reaksi lanjutan dari The Fed,” kata kepala ekonomi dan strategi NatWest Markets, John Briggs.
Proyeksi pasar untuk puncak suku bunga AS juga telah merosot, dengan harga berjangka menunjukkan suku bunga dana The Fed, saat ini ditetapkan antara 3,75% dan 4, tetap berada di bawah 5%. Federal Reserve secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada hari Rabu, langkah menurun setelah empat kenaikan berturut-turut sebesar 75 basis poin.