JAKARTA – Rupiah semakin terpuruk di zona merah pada perdagangan Senin (19/7) pagi seiring minimnya sentimen positif. Menurut data Bloomberg Index pada pukul 09.10 WIB, mata uang Garuda terpantau melemah 25 poin atau 0,17% ke level Rp14.522,5 per dolar AS. Sebelumnya, spot sudah ditutup terdepresiasi 15 poin atau 0,10% di posisi Rp14.497,5 per dolar AS pada Jumat (16/7) sore.
“Sentimen utama yang sebelumnya membuat rupiah tertekan adalah ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed yang akan terjadi lebih cepat dan naik dua kali pada tahun 2023,” ujar Macroeconomic Analyst Bank Danamon, Irman Faiz, dilansir dari Bisnis. “Apalagi realisasi inflasi AS terakhir juga berada di atas konsensus pasar dan mendukung harapan pasar terhadap pemulihan AS yang lebih cepat.”
Dari sisi internal, Faiz melanjutkan, tekanan masih seputar kenaikan kasus harian Covid-19 di dalam negeri yang membuat proyeksi pertumbuhan tahun ini bisa lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sehingga membuat rupiah sulit bangkit. Di sisi lain, pasar akan melihat sikap Bank indonesia terkait proyeksi pertumbuhan yang baru dari Rapat Dewan Gubernur pada pekan ini.
Hampir senada, Analis Monex Investindo Futures, Faisyal, mengungkapkan bahwa saat ini kekhawatiran akan kasus Covid-19 secara global kembali meningkat sehingga investor meninggalkan mata uang berisiko dan beralih ke safe haven likuid seperti dolar AS. Pasar juga akan menantikan seperti apa kelanjutan PPKM Darurat, apakah dilanjutkan, beralih ke masa transisi, atau benar-benar kembali dilonggarkan.
“Saat ini, investor tengah risk-off seiring lonjakan kasus Covid-19 secara global yang kembali meningkat. Alhasil, dolar AS menjadi pilihan utama para investor,” timpal Kepala Ekonom BCA, David Sumual, dikutip dari Kontan. “Untuk Senin ini, perkembangan kasus Covid-19 akan menjadi sentimen utama. Jika kondisinya memburuk, indeks dolar AS kemungkinan akan menguat. Praktis, rupiah akan tertekan dan melemah.”
Untuk perdagangan hari ini, David menilai rupiah akan bergerak di kisaran Rp14.460 hingga Rp14.500 per dolar AS, karena pekan ini minim rilis data ekonomi yang signifikan. Sementara itu, Faisyal memprediksi mata uang Garuda akan bergulir di kisaran Rp14.440 hingga Rp14.540 per dolar AS dengan kecenderungan melemah.