Taiwan – Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu mengatakan agresi militer China yang berkembang terhadap Taiwan mencerminkan rencana Beijing untuk melakukan invasi ke Taiwan. Dikhawatirkan, upaya China ini bisa mengubah status quo di Selat Taiwan dan mengganggu stabilitas global.
“Awal Agustus 2022, China melakukan uji coba rudal, latihan serangan udara dan laut dalam skala besar, kampanye dis-informasi, dan pemaksaan ekonomi terhadap Taiwan,” kata Wu dalam Deutsche Welle. “Jika semua tindakan ini digabungkan, maka akan menjadi dasar invasi yang mereka lakukan terhadap Taiwan.”
Situasi masih sangat tegang dan China berusaha menghancurkan status quo yang merupakan garis tengah Selat Taiwan. Status quo melintasi Selat Taiwan selama ini dipandang sebagai kepentingan negara secara global. Sayangnya, ketika China mencoba menghancurkan status quo, itu tidak termasuk kepentingan komunitas internasional.
Sejak perjalanan kontroversial Ketua DPR AS Nancy Pelosi pada awal Agustus ke Taiwan, China telah meningkatkan ancaman militernya terhadap pulau demokrasi itu. Wu mengatakan China berusaha menggunakan kunjungan Pelosi sebagai dalih untuk membenarkan ancaman militernya terhadap Taiwan.
“Kunjungan Ketua Pelosi ke Taiwan adalah dorongan moral bagi rakyat Taiwan. Taiwan telah menghadapi ancaman dari China selama ini, tetapi ancaman militer China tidak akan menghentikan Taiwan untuk menjalin hubungan diplomasi dengan negara lain,” kata Wu. “Itu juga tidak akan menghentikan teman-teman internasional datang ke Taiwan dan menunjukkan dukungan mereka kepada kami.”
Sejak perang pecah di Ukraina pada bulan Februari 2022, komunitas internasional telah menarik beberapa persamaan antara invasi Rusia ke Ukraina dan potensi invasi China ke Taiwan. Wu mengatakan bahwa meskipun mendapat serangan dari Rusia, Ukraina telah menunjukkan keberanian luar biasa yang menginspirasi banyak orang Taiwan.
Wu menambahkan, sejak China memberlakukan Undang-Undang keamanan Nasional di Hong Kong lebih dari dua tahun lalu, yang secara fundamental telah mengubah masyarakat sipil di bekas jajahan Inggris, masyarakat internasional telah membicarakan Taiwan sebagai target ekspansi China berikutnya. China mengklaim Laut China Timur dan mereka telah melakukan latihan militer atau mengirim kapal mereka ke perairan yang disengketakan.
“China juga mengklaim Laut China Selatan dan sering melakukan patroli harian menggunakan kapal perang mereka akhir-akhir ini,” kata Wu. “Jika kita tidak menghentikannya, pemerintah China akan menandatangani lebih banyak perjanjian keamanan dengan negara-negara Pasifik.”
Dalam menghadapi ketegangan yang meningkat di Selat Taiwan, Taiwan telah mengumumkan rekor peningkatan anggaran pertahanannya untuk tahun 2023. Taiwan berencana mengeluarkan dana pertahanan tahunan menjadi USD19,41 miliar, meningkat 13,9% tahun-ke-tahun.
“Selain meningkatkan anggaran militer, Taiwan juga melakukan reformasi strategi militer. Kami juga berdiskusi dengan AS tentang cara terbaik untuk mendekati strategi perang asimetris,” kata Wu. “Kami juga memiliki anggaran khusus yang digunakan untuk barang-barang seperti rudal dan pesawat jet, dan pemerintah bertekat untuk meningkatkan anggaran militer kami.”