JAKARTA – Rupiah tetap parkir di teritori merah pada perdagangan Rabu (22/6) sore ketika pasar dalam negeri cenderung wait and see saat Bank Indonesia menggelar pertemuan, yang diharapkan mengatrol suku bunga. Menurut laporan Bloomberg Index pukul 14.59 WIB, mata uang Garuda ditutup melemah 50 poin atau 0,34% ke level Rp14.862,5 per dolar AS.
“Rupiah akan kembali tertekan pada perdagangan hari ini, karena pasar khawatir akan kenaikan suku bunga secara agresif,” tutur analis pasar uang, Ariston Tjendra, pagi tadi seperti dikutip dari CNN Indonesia. “Bank sentral AS (The Fed) masih berada dalam jalur kenaikan suku bunga agresif pada tahun ini, diperkirakan menaikkan 50 sampai 75 basis poin pada bulan Juli mendatang.”
Pelaku pasar domestik juga cenderung wait and see menjelang Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang berlangsung hari ini hingga Kamis (23/6) esok. Bank sentral akan menentukan arah suku bunga acuan, mungkin saja mempertahankan suku bunga acuannya atau menaikkan. Namun, sejumlah analis berharap agar Bank Indonesia mengatrol suku bunga untuk mengimbangi bank sentral global lainnya.
“Tentunya Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga acuan jika inflasi dipandang akan terus meningkat dan rupiah terus mengalami pelemahan,” papar Direktur Utama BTN, Haru Koesmahargyo, seperti dilansir dari Kontan. “Namun, saat ini inflasi Indonesia masih di 3,55% dan depresiasi rupiah sebesar 3,9% sepanjang tahun berjalan, sehingga bank mungkin lebih fokus pada kebijakan yang bersifat pro-growth.”
Sementara itu, sebagian besar mata uang di kawasan Benua Asia juga tidak berdaya menghadapi greenback. Yuan China menjadi yang paling terpuruk setelah anjlok 0,4%, disusul peso Filipina yang melorot 0,36%, baht Thailand yang terkoreksi 0,33%, dolar Singapura yang melemah 0,19%, serta rupee India dan dolar Taiwan yang sama-sama terdepresiasi 0,13%.
Tidak hanya itu, yen Jepang juga harus terpuruk ke posisi terendah baru 24 tahun terhadap dolar AS pada hari Rabu, karena imbal hasil obligasi AS terus meningkat, sangat kontras dengan suku bunga Jepang yang sangat rendah. Mata uang Negeri Sakura terpantau diperdagangkan di level 136,4 per dolar AS setelah sebelumnya menyentuh posisi 136,71 terhadap greenback.
“Dolar AS versus yen terus diperdagangkan pada imbal hasil Treasury yang stabil di atas level 3,20%, sementara Bank of Japan (BOJ) telah melakukan banyak hal untuk mempertahankan YCC (yield curve control),” tutur ahli strategi pasar di Pasar Saxo Hong Kong, Redmond Wong, dilansir dari Reuters. “Karena BOJ tidak mengubah kebijakannya, posisi ini sekarang dibalik, dengan beberapa taruhan yen akan terus melemah.”