JAKARTA – Setelah bergerak dalam kisaran yang sempit, rupiah akhirnya menutup perdagangan Rabu (23/8) sore di zona hijau ketika Bank indonesia mulai menggelar rapat bulanan selama dua hari hingga besok. Menurut paparan Bloomberg Index pukul 14.52 WIB, mata uang Garuda berakhir menguat 21,5 poin atau 0,14% ke level Rp15.295 per dolar as.
Sementara itu, mata uang di kawasan Benua asia terpantau bergerak variatif terhadap greenback. Baht Thailand menjadi yang paling perkasa setelah meroket 0,35%, disusul rupee India yang terkatrol 0,21%, yen Jepang yang menguat 0,19%, dolar Singapura yang bertambah 0,14%, yuan China yang tumbuh 0,07%, dan dolar Hong Kong yang terapresiasi 0,01%. Sebaliknya, ringgit malaysia harus melemah 0,14%, sedangkan peso Filipina dan won Korea Selatan kompak terkoreksi 0,11%.
“Rupiah masih akan tertekan hari ini karena investor waswas menantikan pidato Gubernur Federal Reserve, Jerome Powell,” ulas pengamat komoditas dan mata uang, Lukman Leong, pagi tadi seperti dikutip dari CNN Indonesia. “Investor mengantisipasi pernyataan hawkish dari Jerome Powell dalam simposium Jackson Hole akhir minggu ini.”
Dari dalam negeri, Bank Indonesia akan menggelar rapat bulanan pada hari ini hingga Kamis (24/8) besok. Bank sentral diprediksi akan kembali mempertahankan suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate di level 5,75%, meskipun inflasi tahunan periode Juli 2023 sudah berada dalam target, yakni 3,08%. Dalam rapat sebelumnya, keputusan menahan suku bunga dikatakan konsisten dengan stance kebijakan moneter.
Dolar as masih bertengger di dekat puncak dua bulan pada hari Rabu saat pasar menantikan pidato Jerome Powell minggu ini untuk mengetahui jalur kebijakan moneter, sedangkan yen Jepang berkeliaran di dekat posisi 146 versus greenback, membuat para pedagang menebak intervensi pemerintah setempat. Mata uang Paman Sam melemah 0,08 poin atau 0,08% ke level 103,485 pada pukul 10.38 WIB.
“Pasar mata uang melemah di tengah tenangnya volatilitas musim panas dan menjelang simposium di Jackson Hole, Wyoming, minggu ini,” kata ahli strategi mata uang di OCBC di Singapura, Christopher Wong, dilansir dari Reuters. “Pasar mencari petunjuk pergeseran (kebijakan) sebelumnya atau perpanjangan yang lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.”
Karena para pedagang enggan memasang taruhan besar, sorotan utama memang tertuju pada pidato Jerome Powell di acara tersebut, yang dijadwalkan pada 24-26 Agustus mendatang. Investor akan mengurai kata-katanya untuk mengukur jalur kebijakan moneter Federal Reserve ke depan. Pasar memperhitungkan peluang sebesar 86% bahwa The Fed akan tetap bertahan pada pertemuan kebijakan bulan depan.