Khawatir Pertumbuhan Melambat, Raksasa Teknologi Kompak Lakukan PHK

Beberapa perusahaan raksasa teknologi termasuk Microsoft, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) (Sumber : housedemocrats.wa.gov)

JAKARTA – Ketika ketidakpastian ekonomi meningkat, banyak industri yang meresponnya dengan serangkaian pemutusan hubungan kerja (PHK), yang tampaknya merupakan kelanjutan dari tahun sebelumnya, termasuk oleh raksasa teknologi seperti Microsoft dan Amazon. Para ahli dan pengamat pasar mengatakan, PHK terjadi dalam menghadapi pertumbuhan yang melambat dan suku bunga yang lebih tinggi, dengan kekhawatiran akan terjadinya resesi ekonomi.

Seperti dilansir dari TRT World, Microsoft saja mengumumkan akan melepaskan 10 ribu karyawan mereka, yang pada dasarnya mengurangi total tenaga perusahaan kurang dari 5%. PHK massal yang dilakukan Microsoft mengikuti keputusan serupa oleh raksasa teknologi lainnya, Amazon, yang diperkirakan akan mengurangi lebih dari 18 ribu karyawan, menjadi pengurangan tenaga kerja terbesar perusahaan dalam 28 tahun sejarahnya.

Bacaan Lainnya

Pengumuman terbaru oleh Amazon datang berbulan-bulan setelah perusahaan itu mengatakan akan memberhentikan 10 ribu stafnya, setelah sebuah oleh Finbold, sebuah perusahaan analisis pasar, menemukan bahwa raksasa teknologi itu telah kehilangan 45% nilainya dalam setahun terakhir, dari 1,6 triliun dolar AS pada 1 Januari menjadi 939 miliar dolar AS pada 3 November lalu.

Menurut sejumlah analis, PHK besar-besaran terjadi karena kekhawatiran pertumbuhan yang melambat dan suku bunga yang lebih tinggi, dengan potensi terjadinya resesi ekonomi. Ketidakpastian ekonomi serupa tahun lalu membuat lebih dari 120 ribu orang, bekerja di perusahaan teknologi besar seperti Meta, Amazon dan Netflix, diberhentikan dari mereka, sebuah tren yang membuat banyak orang khawatir.

“Perilaku menyebar melalui jaringan karena perusahaan hampir tanpa berpikir, menyalin apa yang dilakukan orang lain,” ujar Jeffrey Pfeffer, seorang profesor di Stanford Graduate School of Business, kepada Stanford News. “Ketika beberapa perusahaan memecat staf, yang lain mungkin akan mengikuti. Yang paling bermasalah, penelitian telah menunjukkan bahwa PHK dapat meningkatkan kemungkinan bunuh diri dua kali atau lebih.”

Sejak awal tahun 2023, ribuan PHK di berbagai perusahaan teknologi telah menjadi berita utama. Pada tanggal 5 Januari kemarin misalnya, Amazon mengungkapkan sekitar 18 ribu staf akan kehilangan mereka, demikian Tech.co. Sekitar seminggu kemudian, Goldman Sachs dilaporkan memberi sekitar 3.200 anggota stafnya waktu 30 menit untuk mengumpulkan barang-barang mereka dan berhenti.

Untuk memberikan gambaran tentang betapa rumitnya situasi ini, Finbold pada 3 November lalu menunjukkan bahwa kapitalisasi pasar kumulatif dari lima perusahaan terkemuka di AS telah mencatat arus keluar sebesar 3,41 triliun dolar AS atau sebesar 33,8% pada tahun 2022. Lima perusahaan yang dibahas adalah Apple, Microsoft, Alphabet, Tesla, dan Amazon. “Khususnya, pada awal tahun, perusahaan memiliki kapitalisasi pasar total 10,09 triliun dolar AS, turun menjadi 6,68 triliun dolar AS,” tulis itu.

Meski demikian, menurut Pfeffer, PHK besar-besaran seperti itu tidak serta-merta selalu membantu perusahaan dalam memangkas biaya. Ia berpendapat, orang-orang tidak memperhatikan bukti terhadap PHK. “Jika perusahaan memperhatikan buktinya, mereka bisa mendapatkan pengaruh kompetitif karena mereka benar-benar akan mendasarkan keputusan tersebut pada sains,” pungkas Pfeffer.

Pos terkait