Protes di Kazakhstan Bikin Harga Bitcoin Anjlok, Tunjukkan Kerentanan Crypto

Aksi Demonstrasi di Kazakhstan - detik.com

NURSULTAN – Kurs Bitcoin di Kazakhstan, salah satu tempat Bitcoin banyak ditambang, terus mengalami penurunan pada awal tahun 2022 ini, imbas protes yang masih berlangsung di negara tersebut yang akhirnya menimbulkan penangguhan penggunaan internet. Para ahli percaya bahwa apa yang terjadi di negara pecahan Uni Soviet itu dapat memengaruhi pasar crypto .

Dilansir dari TRT World, per 7 Januari 2022, kurs Bitcoin terus turun, dengan harga cryptocurrency utama dunia melorot 8 persen di bawah 42.000 dolar AS, demikian pula Altcoin yang juga mengalami kerugian. Penurunan signifikan dalam tingkat hash, total komputasi peralatan pertambangan, tercatat di kumpulan yang banyak digunakan oleh orang Kazakhstan. 1THash, OKExPool, dan KuCoinPool juga mengalami pukulan tersebut, sedangkan F2Pool, AntPool, dan ViaBTC mengalami penurunan kinerja.

Bacaan Lainnya

Para ahli secara langsung mengaitkan kemerosotan Bitcoin dengan kurangnya internet di Kazakhstan. Pada hari itu, warga Kazakhstan memang dikejutkan dengan berita penangguhan internet saat protes anti-pemerintah mengguncang negara. Nikita Zuborev, analis senior dari proyek Bestchange.ru, mengatakan kepada media Rusia bahwa situasi di Kazakhstan lebih merupakan katalis untuk fenomena harga daripada penyebab.

“Akan picik untuk percaya bahwa apa yang terjadi tidak akan memengaruhi pasar crypto sama sekali. Namun, tidak ada gunanya melebih-lebihkan kekuatan pengaruh Kazakhstan di seluruh industri,” ujarnya. “Harga Bitcoin terutama turun karena jatuhnya pasar saham global dengan latar belakang kemungkinan kenaikan bunga The Fed di musim semi.”

Sebuah studi bulan Oktober 2021 oleh University of Cambridge Business School menunjukkan, Kazakhstan menempati urutan kedua di antara negara-negara tempat Bitcoin ditambang. Pangsanya adalah 18,1 persen, di belakang AS yang menyumbang 35,4 persen dari produksi global cryptocurrency utama. Laporan para ahli menunjukkan, lompatan signifikan negara-negara ini dalam sepanjang tahun, mungkin karena pembatasan pertambangan di China.

Pada September 2019 silam, perusahaan China sempat menyumbang 75 persen dari semua penambangan kripto. Namun, pada paruh pertama tahun 2021, angka tersebut turun menjadi 46 persen karena pada 24 September tahun lalu, People’s Bank of China memprakarsai larangan total transaksi dengan kripto di Negeri Tirai Bambu.

Bagi Nursultan, ibu kota Kazakhstan, krisis kripto adalah hal baru. Sebelumnya, pada bulan Oktober 2021, perusahaan jaringan listrik Kazakh, Kegoc, sempat menyatakan bahwa jaringannya kewalahan dengan peningkatan tajam dalam konsumsi energi oleh mereka yang terlibat dalam penambangan digital. Praktik tersebut juga menyebabkan peningkatan tingkat kecelakaan di pembangkit listrik. Kementerian Energi bersama Kegoc kemudian memunculkan sejumlah langkah untuk mengurangi beban pembangkit listrik negara.

Protes di Kazakhstan tidak hanya memengaruhi nilai Bitcoin secara global, tetapi juga harga , salah satu sumber daya alam utama yang diproduksi oleh negara di Asia Tengah. Faktanya, Kazakhstan menyumbang lebih dari 40 persen produksi uranium dunia. Harga spot untuk konsentrat uranium oksida hampir 8 persen minggu ini.

Dalam praktiknya, protes global selama 2019-2020 telah menunjukkan kerentanan pasar cryptocurrency, dengan keamanan teknis adalah area yang terpengaruh. Pada puncak kerusuhan sosial di Lebanon misalnya, mayoritas pedagang Bitcoin mengeluh bahwa peretas tak dikenal entah bagaimana mendapatkan akses ke ponsel mereka. Para peretas bahkan telah mendapatkan akses ke operator komunikasi Lebanon, Touch, yang mungkin telah memainkan peran dalam memengaruhi begitu banyak orang.

Fakta bahwa Bitcoin dan sistem terkait tidak siap digunakan dalam keadaan force majeure juga dibahas oleh para Bitcoiner di Hong Kong ketika demonstrasi skala besar meletus di sana. Transaksi, keluh mereka, masih terlalu bergantung pada jaringan telekomunikasi resmi, yang mudah dikontrol oleh negara. Sumber yang tidak disebutkan namanya di industri Hong Kong, dikutip CoinDesk, mengatakan bahwa orang-orang semakin banyak mentransfer uang mereka ke luar negeri, tetapi itu terjadi dari bank ke bank.

Pos terkait