Jakarta – Investor ritel yang mencari peluang trading telah berburu influencer di YouTube, tiktok, dan Twitter. Beberapa memang menawarkan nasihat yang sungguh-sungguh berdasarkan penelitian fundamental tentang prospek dan risiko perusahaan, tetapi tidak semuanya. “Banyak influencer, terutama di YouTube, yang mengatakan bahwa saham hanya tentang uang atau keuntungan,” ucap Maximulianus Nico Demus, associate director Pilarmas Investindo Sekuritas.
Bahkan, sebuah petisi di Change.org dengan lebih dari 6.600 tanda tangan telah meminta pihak berwenang Indonesia untuk menindak influencer yang memberikan info saham atau sinyal saham yang mereka katakan telah mereka beli dan yang pump-and-dump tanpa fundamental dan analisis yang jelas. Pump-and-dump atau populer juga dengan istilah “Pom-pomers” di kalangan milennials dianggap dengan curang menggelembungkan harga saham untuk menjualnya dengan harga lebih tinggi.
“Satu hal yang tidak pernah mudah adalah pendidikan, dan prosesnya cukup lama,” terang Demus dari Pilarmas. “Namun di sisi lain, BEI memiliki target untuk menambah sebanyak mungkin (investor) dan target yang paling potensial adalah anak muda yang tech savvy dan cenderung menginginkan hasil yang juga instan. Ini memang dilematis.”
Menurut Hasan Fawzi, direktur pengembangan BEI, bursa bekerja untuk memastikan ada cukup likuiditas untuk saham tertentu dan menghilangkan sebanyak mungkin aktivitas manipulasi pasar. Batas pergerakan harga penting untuk memungkinkan investor mengumpulkan lebih banyak informasi tentang saham tertentu dan bertindak dengan tenang. “Bursa saham juga mengembangkan mekanisme pra-penutupan baru yang akan mengacak waktu penutupan dalam dua menit terakhir sebelum pasar berakhir untuk mencegah manipulasi,” jelasnya.
Platform perdagangan mengaku mereka telah mengambil langkah-langkah untuk mendidik investor, dan menyediakan materi ekstensif untuk mencegah perdagangan seperti perjudian. Anderson Sumarli, kepala eksekutif Ajaib, mengatakan pihaknya secara secara konsisten mengedukasi dan mengingatkan pengguna bahwa mereka perlu memahami apa yang mereka investasikan. Melalui platform media sosialnya, Ajaib memberikan materi edukasi seperti analisis saham, update pasar, serta manajemen keuangan dan risiko untuk pemula.
William Ndut, juru bicara Stockbit, mengatakan pihaknya juga menyediakan konten serupa di platform media sosialnya. Mereka mencoba berbicara dengan bahasa kaum milenial, menyesuaikan program literasi pendidikan yang menurut mereka lebih sesuai dengan perilaku media sosial. “Selalu ada orang yang berpikir ingin kaya instan melalui pasar modal, tetapi kita tidak bisa mencapai kondisi ketika 100% orang berpendidikan dan berinvestasi dengan benar,” katanya.