PMI Manufaktur AS Dilaporkan Meningkat, Rupiah Berakhir Melemah

Rupiah melemah
Rupiah melemah (Sumber : bisnis.com)

JAKARTA – Rupiah harus menerima nasib tenggelam di area merah pada perdagangan Senin (27/3) sore setelah laporan terbaru menyebutkan survei manufaktur PMI AS menunjukkan angka yang kuat pada Maret ini. Menurut catatan Bloomberg Index pukul 14.49 WIB, mata uang Garuda berakhir melemah 10 poin atau 0,07% ke level Rp15.163 per dolar AS.

Sementara itu, mata uang di kawasan Benua Asia terpantau bergerak variatif terhadap greenback. Yuan menjadi yang paling terpuruk setelah merosot 0,65%, diikuti won Korea Selatan yang terdepresiasi 0,54%, baht Thailand yang melemah 0,13%, dan dolar Singapura yang turun 0,01%. Sebaliknya, yen Jepang mampu 0,06%, ringgit Malaysia naik 0,01%, sedangkan peso Filipina bergerak stagnan.

Bacaan Lainnya

“Rupiah diperkirakan melemah karena naiknya imbal hasil obligasi AS dan rebound dolar AS setelah data manufaktur PMI yang kuat serta pernyataan hawkish dari Presiden The Fed St. Louis, James Bullard, akan ekonomi AS,” kata analis DCFX, Lukman Leong, pagi tadi seperti dikutip dari CNN Indonesia. “Rupiah akan bergulir di kisaran Rp15.100 sampai Rp15.250 per dolar AS.”

Aktivitas bisnis AS pada Maret 2023 dilaporkan karena pesanan pulih untuk pertama kalinya dalam enam bulan, menurut survei terbaru S&P Global, yang juga menunjukkan bahwa inflasi dapat terus melambat secara bertahap. Indeks Output PMI Komposit AS, yang melacak sektor manufaktur dan jasa, meningkat menjadi 53,3 pada bulan ini, pembacaan tertinggi sejak Mei lalu dan mengikuti pembacaan akhir 50,1 pada bulan Februari.

Itu adalah bulan kedua berturut-turut PMI tetap di atas 50, menunjukkan pertumbuhan di sektor swasta. Ukuran pesanan baru yang diterima oleh bisnis swasta melonjak menjadi 51,2 dari 48,5 di bulan Februari. Ini adalah pertama kalinya sejak September, bisnis secara umum melaporkan pertumbuhan pesanan baru. “Maret sejauh ini menyaksikan kebangkitan pertumbuhan ekonomi yang menggembirakan,” ujar Ekonom Bisnis di S&P Global Market Intelligence, Chris Williamson.

Selain data tersebut, investor juga tengah menilai langkah yang dibuat oleh otoritas dan regulator untuk mengendalikan kekhawatiran atas perbankan global. Dewan Pengawas Stabilitas AS mengatakan perbankan AS ‘sehat dan tangguh’, tetapi investor tetap waspada. “Tindakan pragmatis oleh bank sentral, pemerintah, dan sektor swasta sejauh ini tidak cukup untuk memungkinkan investor yakin bahwa masalahnya sudah dipagari,” ujar strategi pasar di Bannockburn Global Forex, Marc Chandler.

Pos terkait