PMI China Naik Tipis, Rupiah Berakhir Menguat

Rupiah - www.beritasatu.com
Rupiah - www.beritasatu.com

JAKARTA – Setelah bergulir dalam kisaran yang tipis, menutup perdagangan Senin (31/7) sore di zona hijau, menyusul laporan PMI China yang walaupun masih berkontraksi, tetapi mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya. Menurut data Bloomberg Index pukul 14.58 WIB, mata uang Garuda berakhir menguat 25 poin atau 0,17% ke level Rp15.080 per dolar AS 

Mayoritas mata uang di kawasan Benua Asia juga terpantau mampu mengungguli greenback meski dalam kisaran yang sempit. Won Korea Selatan menjadi yang paling perkasa setelah melonjak 0,36%, diikuti yuan China yang bertambah 0,12%, dolar Singapura dan baht Thailand yang sama-sama menguat 0,08%, peso Filipina yang terkatrol 0,05%, dan dolar Hong Kong yang naik tipis 0,01%.

Bacaan Lainnya

“Rupiah diprediksi bergerak menguat pada hari ini, mengikuti sentimen positif di Asia saat indeks saham Benua Kuning bergerak positif. Demikian juga dengan nilai tukar regional yang bergerak menguat terhadap dolar AS,” tutur analis PT Sinarmas Futures, Ariston Tjendra, pagi tadi seperti dikutip dari CNN . “Rupiah bakal bergulir di kisaran Rp15.050 sampai Rp15.120 per dolar AS.”

Menurut laporan terbaru, indeks manajer pembelian resmi (PMI) China pada bulan Juli 2023 berada di angka 49,3, menurut data Biro Statistik Nasional China. Angka tersebut memang tetap berada di bawah angka 50 yang memisahkan ekspansi dari kontraksi. Namun, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di 49,0, serta sedikit lebih tinggi dari perkiraan di angka 49,2.

Ekonomi Negeri Panda tumbuh dengan lambat pada kuartal kedua 2023, karena permintaan tetap lemah di dalam dan luar negeri, menyebabkan Politbiro, badan pembuat keputusan tertinggi dari Partai Komunis yang berkuasa, menggambarkan pemulihan ekonomi sebagai jalan berliku. Meski Presiden XI Jinping yakin mereka akan mencapai target pembangunan tahunannya, analis memperingatkan negara itu dapat kehilangan target pertumbuhan tahun 2023 sekitar 5% untuk tahun kedua berturut-turut jika ekonomi kehilangan momentum lagi.

Dari pasar global, indeks dolar AS menuju kerugian bulanan pada hari Senin karena prospek siklus kenaikan suku bunga agresif Federal Reserve, pendorong utama kekuatan greenback, dapat diakhiri dengan kenaikan 25 basis poin minggu lalu. Mata uang Paman Sam terpantau menguat 0,162 poin atau 0,16% ke level 101,784 pada pukul 10.57 WIB, tetapi mengincar penurunan bulanan lebih dari 1%.

Data pada hari Jumat (28/7) menunjukkan bahwa tingkat inflasi tahunan AS naik pada laju paling lambat dalam lebih dari dua tahun pada bulan Juni 2023, mengurangi tekanan pada Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) untuk terus menaikkan suku bunga acuan. Menurut ahli strategi mata uang di of Australia, Carol Kong, dolar AS terbebani oleh pandangan pasar bahwa FOMC selesai dengan siklus pengetatannya.

Pos terkait