jakarta – Rupiah tetap bertengger di area hijau pada perdagangan Kamis (25/8) sore ketika pasar sedang mengambil posisi wait and see, menantikan pidato Federal Reserve dalam simposium Jackson Hole. Menurut laporan Bloomberg Index pukul 14.53 WIB, mata uang Garuda ditutup menguat 23,5 poin atau 0,16% ke level Rp14.824,5 per dolar AS.
Sementara itu, mayoritas mata uang di kawasan Benua Asia terpantau mampu mengungguli greenback. baht Thailand menjadi yang paling perkasa setelah terbang 0,67%, diikuti won Korea Selatan yang meroket 0,52%, yen Jepang yang melonjak 0,28%, dolar Singapura yang bertambah 0,19%, yuan China yang menguat 0,14%, dan peso Filipina yang naik 0,10%.
“Rupiah akan kembali menguat pada perdagangan hari ini karena investor sedang menunggu kebijakan Federal Reserve terkait suku bunga acuan,” tutur Senior Analyst DCFX, Lukman Leong, pagi tadi seperti dikutip dari CNN Indonesia. “Rupiah diperkirakan akan range bound dengan kecenderungan menguat terbatas oleh koreksi pada dolar AS.”
Sedikit berbeda, analis Samuel sekuritas, Lionel Priyadi, dalam keterangannya memprediksi rupiah akan berada di bawah tekanan seiring meningkatnya ekspektasi kebijakan hawkish di AS. Menurut dia, investor tampaknya semakin yakin bahwa The Fed akan menyampaikan pesan yang cenderung hawkish pada simposium Jackson Hole. “Kami melihat The Fed akan mencoba mempertahankan momentum ini dengan memberikan nada hawkish yang terukur,” katanya, dilansir dari Antara.
Dari pasar global, dolar AS turun dari posisi puncak dua dekade terhadap sekeranjang mata uang utama pada hari Kamis ketika investor menantikan pidato Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, untuk petunjuk baru di jalur kebijakan moneter. Mata uang Paman Sam melemah 0,302 poin atau 0,28% ke level 108,375 pada pukul 11.45 WIB.
Investor memperkirakan The Fed akan menggandakan komitmen mereka untuk ‘menghancurkan’ inflasi pada pertemuan tahunan di Jackson Hole, Wyoming. Pasar uang yang telah mengurangi ekspektasi bahwa bank sentral AS dapat memiringkan laju kenaikan suku bunga, saat ini memberikan peluang 60,5% pada kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin bulan September mendatang.
“Ekspektasi pesan hawkish dari Jerome Powell di Jackson Hole kemungkinan akan terus menekan dolar AS,” tulis analis Commonwealth Bank of Australia, Kristina Clifton, dalam catatan klien, dilansir dari Reuters. “Namun ada risiko bahwa pidato tersebut dianggap tidak cukup hawkish dan kami melihat beberapa retracement dalam dolar AS.”