Pesanan Barang Tahan Lama AS Tumbuh, Rupiah Melemah

Rupiah melemah pada perdagangan Selasa (28/9) pagi - www.beritasatu.com

JAKARTA – Rupiah harus berbalik ke zona merah pada perdagangan Selasa (28/9) pagi setelah barang tahan lama AS dilaporkan melesat sepanjang bulan kemarin. Menurut data Bloomberg Index pada pukul 09.04 WIB, mata uang Garuda melemah 15 poin atau 0,11% ke Rp14.267,5 per AS. Sebelumnya, spot berakhir tipis 5 poin atau 0,04% di posisi Rp14.252,5 per dolar AS pada transaksi Senin (27/9) kemarin.

Bacaan Lainnya

Berdasarkan data terbaru, pesanan barang tahan lama AS atau durable goods orders sepanjang Agustus 2021 tumbuh sebesar 1,8%, melebihi ekspektasi analis yang memprediksi naik 0,6% dan juga melampaui level pra-pandemi ke posisi tertinggi tujuh tahun. Peningkatan ini juga terjadi setelah revisi ke atas yang substansial yang membalikkan penurunan yang awalnya dilaporkan pada bulan Juli menjadi peningkatan 0,5%.

“Meskipun ini tidak diragukan lagi merupakan tanda positif untuk pengeluaran peralatan nyata pada kuartal ketiga, beberapa kenaikan baru-baru ini kemungkinan disebabkan oleh kenaikan harga,” tulis analis di Wells Fargo. “Kami terus memperkirakan permintaan yang cukup kuat, diikuti oleh kebutuhan untuk mengisi kembali persediaan yang habis, akan membuat pesanan terus mengalir dan sektor manufaktur terus berjalan untuk beberapa waktu mendatang.”

Meski demikian, analis Commonwealth Bank of Australia menilai bahwa dolar AS masih terjebak di antara persimpangan Federal Reserve yang hawkish dan meredanya akan potensi default Evergrande. Pelaku pasar juga menantikan lebih banyak detail tentang tapering dan suku bunga dari tiga pejabat elit bank sentral AS yang akan berpidato pada hari ini waktu setempat.

Gubernur The Fed, Jerome Powell, akan bergabung dengan Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, untuk berbicara di depan Kongres AS pada hari ini. Sebelumnya, para pejabat The Fed, termasuk satu anggota dewan yang berpengaruh, kemarin mengaitkan pengurangan pembelian obligasi bulanan bank sentral dengan pertumbuhan pekerjaan yang berkelanjutan.

Sementara itu, dari dalam negeri, analis Global Kapital Investama, Alwi Assegaf, menuturkan bahwa pandangan investor saat ini mungkin akan tertuju pada kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Alwi memperkirakan sangat mungkin adanya relaksasi, karena kasus positif Covid-19 di Indonesia yang terus , berada di angka 1,2% per 26 September 2021.

Menurut hasil evaluasi pemerintah, selama satu minggu ke belakang, situasi pandemi di Indonesia diklaim kian menunjukkan perbaikan. Hal tersebut dibuktikan dari menurunnya angka kasus aktif hingga reproduksi virus corona. Secara nasional, kasus aktif Covid-19 turun hingga 92,6% dibandingkan puncak yang terjadi pada tanggal 24 Juli 2021 lalu.

Pos terkait