Perdagangan Cenderung Fluktuatif, Rupiah Akhirnya Ditutup Menguat Tipis

Rupiah - (Sumber : detik.com)
Rupiah - (Sumber : detik.com)

JAKARTA – Setelah bergerak fluktuatif, rupiah akhirnya bertengger di zona hijau pada perdagangan Kamis (6/10) sore ketika dolar AS sibuk mencari pijakan di tengah transaksi yang berombak. Menurut laporan Bloomberg Index pada pukul 14.56 WIB, mata uang Garuda berakhir menguat tipis 5 poin atau 0,04% ke level Rp15.187,5 per dolar AS.

Bacaan Lainnya

Sementara itu, mayoritas mata uang di kawasan Benua Asia terpantau mampu mengungguli greenback. Rupee India menjadi yang paling perkasa setelah melonjak 0,44%, diikuti dolar yang bertambah 0,24%, won Korea Selatan yang menguat 0,23%, yuan China yang 0,13%, Thailand yang 0,11%, dan peso Filipina yang menguat 0,1%.

“Rupiah diproyeksikan melemah pada perdagangan hari ini karena pelaku pasar cenderung berhati-hati menantikan lebih banyak data, terutama menjelang rilis nonfarm payroll AS pada akhir minggu ini,” tutur analis senior DCFX, Lukman Leong, pagi tadi seperti dikutip dari CNN Indonesia. “Dari dalam negeri, investor juga cenderung wait and see setelah rupiah volatile dalam sepekan. Investor juga menantikan data cadangan devisa Indonesia yang diperkirakan turun tipis.”

Dari pasar global, dolar AS berjuang mencari pijakan dalam transaksi yang berombak pada hari Kamis, memburu dukungan dari data ekonomi AS yang optimistis dan komentar pembuat kebijakan yang hawkish, sedangkan prospek harga energi yang lebih tinggi membantu mata uang eksportir. Mata uang Paman Sam terpantau melemah 0,336 poin atau 0,30% ke level 110,872 pada pukul 10.45 WIB.

Seperti diberitakan , data semalam menunjukkan industri jasa AS membukukan ekspansi satu bulan lagi pada September 2022, sedangkan angka pasar tenaga kerja solid dan perdagangan menyempit. Di sisi lain, Presiden The Fed San Francisco, Mary Daly, menegaskan kembali fokus pembuat kebijakan dalam memerangi inflasi dan menepis harapan pasar untuk penurunan suku bunga pada tahun 2023.

“Saya pikir itu hanya mengingatkan orang bahwa Anda mungkin agak terlalu dini dalam mencoba memperkirakan penurunan suku bunga di AS,” kata ahli strategi mata uang Westpac, Imre Speizer. “(Data) itu mendorong kenaikan suku bunga dan mendorong dolar AS. Saat langkah agresif Federal Reserve untuk mengendalikan inflasi menetapkan langkah bagi bank sentral di seluruh dunia, tidak ada suku bunga yang benar-benar bisa turun dan melakukan kebijakan mereka secara mandiri.”

Pos terkait