MOSKOW – Invasi Rusia tidak hanya mengancam wilayah Ukraina dan pasar komoditas global, melainkan lebih dari itu. Moskow telah mengisyaratkan eskalasi nuklir, sedangkan as juga meningkatkan postur kekuatannya dengan senjata perang pamungkas, memodernisasi persenjataan nuklirnya di Eropa ketika sebenarnya tidak ada sekutu yang terancam secara langsung.
Seperti dilansir dari South china Morning Post, Moskow memperingatkan bahwa AS sedang mempercepat penyebaran nuklir taktis modern di pangkalan NATO di Eropa yang dirancang untuk pertempuran lapangan dengan hasil yang lebih rendah, tetapi penghancuran yang lebih tepat dan ditargetkan. Peringatan Rusia datang ketika AS dilaporkan mengatakan kepada anggota NATO bahwa mereka akan mempercepat penyebaran hulu ledak nuklir B61-12, versi modern dari B61.
Juru bicara Pentagon menolak untuk memberikan rincian, mengatakan hanya modernisasi atau semacam itu, yang telah lama direncanakan jauh sebelum krisis Ukraina. Sementara itu, Rusia tidak secara langsung menyebut penggunaan senjata nuklir. “Jika terjadi ancaman terhadap integritas teritorial negara kami dan untuk membela Rusia dan rakyat kami, kami pasti akan menggunakan semua sistem senjata yang tersedia untuk kami,” kata Moskow.
“Namun, tidak masuk akal untuk membuat kesimpulan mengingat pernyataan itu dan bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin, sangat mempublikasikan latihan pemantauan oleh pasukan nuklir strategisnya, yang dimaksudkan untuk mensimulasikan respons terhadap serangan nuklir besar-besaran,” tutur Alex Lo, kolumnis South China Morning Post. “Lalu, mengapa media berita Barat berfokus hampir secara eksklusif pada Rusia ketika AS benar-benar meningkatkan ancaman nuklir?”
Pada 19 Oktober lalu, berbicara di Komite Pertama Majelis Umum PBB, duta besar China untuk urusan perlucutan senjata, Li Song, menegaskan kembali komitmen tanpa syarat negara itu untuk tidak menggunakan senjata nuklir pertama, baik terhadap negara-negara bersenjata nuklir maupun non-nuklir. Sementara itu, Rusia maupun AS tidak membuat komitmen seperti itu. China adalah satu-satunya negara dengan janji tanpa syarat seperti itu. India mendekati, tetapi memungkinkan pembalasan nuklir jika terjadi serangan kimia atau biologi besar-besaran.
Situs web Global Zero, sebuah gerakan internasional yang didedikasikan untuk penghapusan semua senjata nuklir, memberikan ringkasan yang bagus tentang kekuatan nuklir dunia dan kebijakan kekuatannya. Dikatakan, bekas Uni Soviet memang membuat janji tanpa penggunaan pertama, tetapi Rusia pasca-Soviet telah membatalkannya. Sementara itu, AS tidak pernah berkomitmen.
Memang, kebijakan serangan nuklir AS adalah yang paling ekspansif dan agresif. Hal ini memungkinkan penggunaan nuklir tidak hanya dalam konfrontasi nuklir, tetapi dalam perang konvensional. Ini tidak hanya mencakup wilayahnya sendiri dan keamanan nasional, tetapi juga wilayah sekutunya, baik dalam skenario perang nuklir maupun konvensional.
Dalam konteks ini, tidak ada yang harus terkejut, bahkan ketika Wakil Menteri Luar Negeri AS, Wendy Sherman, mengatakan bahwa mereka akan menggunakan berbagai kemampuan pertahanan AS untuk membela sekutu, termasuk nuklir, konvensional, dan rudal. “Bagaimanapun, kebijakan itu masih bisa dibilang melebihi ancaman Rusia, yang hanya mencakup wilayahnya sendiri, meskipun apakah ini termasuk wilayah yang dicaplok di Ukraina atau tidak, karena ambiguitas ancaman itu tidak diragukan lagi disengaja,” imbuh Lo.
“Dua kekuatan nuklir paling menakutkan di dunia kembali mengancam satu sama lain, dan dunia, mungkin satu lebih dari yang lain. Itulah alasan bagus bagi dunia untuk menyerukan gencatan senjata segera yang mengarah pada penyelesaian perang di Ukraina,” lanjut Lo. “Mungkin kita semua harus takut, sangat takut.”