Dibayangi Perang Dagang AS-China, Rupiah Justru Berakhir Menguat

rupiah - www.voaindonesia.com
rupiah - www.voaindonesia.com

JAKARTA – Rupiah berhasil mempertahankan posisi di area hijau pada perdagangan Selasa (5/10) sore ketika pasar keuangan digoyang kabar kembalinya ketegangan antara AS dan China. Menurut laporan Bloomberg Index pada pukul 14.59 WIB, mata uang Garuda ditutup menguat 14 poin atau 0,10% ke level Rp14.252,5 per dolar AS.

Bacaan Lainnya

Sementara itu, mayoritas mata uang di kawasan Benua Asia tidak mampu mengungguli greenback. Korea Selatan menjadi yang paling terpuruk setelah anjlok 0,36%, diikuti baht Thailand yang terkoreksi 0,17%, yen Jepang yang berkurang 0,15%, dan ringgit Malaysia yang melemah 0,14%. Sebaliknya, yuan China menguat 0,4%, sedangkan dolar Hong Kong bergerak stagnan.

berpotensi melemah pada perdagangan hari ini di kisaran Rp14.250 hingga Rp14.300 per dolar AS,” kata analis pasar uang, Ariston Tjendra, pagi tadi seperti dilansir dari CNN Indonesia. “Sentimen utama datang dari sikap yang menghindari risiko di pasar uang, karena dibayangi pengetatan moneter di AS dan ketegangan baru yang melibatkan AS dan China.”

Dua negara ekonomi terbesar di dunia memang kembali terlibat konflik ketika Perwakilan Dagang AS, Katherine Tai, dikabarkan menuding China tidak memenuhi kesepakatan perdagangan fase I yang sebelumnya dicapai pada Januari 2020 lalu. Negeri Panda seharusnya membeli barang-barang AS senilai 200 miliar dolar AS hingga 31 Desember 2021, tetapi negara itu belum memenuhi janji.

Dari pasar , dolar AS melayang di bawah level tertinggi satu tahun versus mata uang utama pada hari Selasa, saat fokus utama investor pada data nonfarm payroll AS pada akhir minggu untuk petunjuk tentang waktu pengurangan stimulus Federal Reserve dan dimulainya kenaikan bunga. Mata uang Paman Sam terpantau menguat 0,212 poin atau 0,23% ke level 93,988 pada pukul 11.25 WIB.

“Ada banyak berita global buruk yang diperhitungkan dalam kurs dolar AS,” ujar kepala strategi global FX di TD Securities, Mark McCormick, dilansir dari Reuters. “Kunci untuk pasar dalam beberapa minggu ke depan adalah memilah sejauh mana premi risiko yang sudah diperhitungkan versus bagaimana faktor-faktor ini dimainkan. Sementara bias dolar AS jangka pendek condong lebih tinggi, kami waspada untuk mengejar pergerakan di level ini.”

Pos terkait