JAKARTA – Rupiah masih mampu bertahan di zona hijau pada perdagangan Selasa (27/7) pagi ketika penjualan rumah AS dilaporkan turun. Menurut catatan Bloomberg Index pada pukul 09.11 WIB, mata uang Garuda menguat tipis 1 poin atau 0,01% ke level Rp14.481,5 per dolar AS. Sebelumnya, spot ditutup naik 10 poin atau 0,07% di posisi Rp14.482,5 per dolar AS pada Senin (26/7) sore.
“Penguatan rupiah kemarin terjadi sejalan dengan pelemahan dolar AS terhadap aset yen Jepang. Koreksi greenback akibat sentimen risk-off yang didorong peningkatan tensi antara AS dan China,” papar Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, dilansir dari Kontan. “Ketegangan antara AS dan China meningkat setelah Wakil Menteri Luar Negeri China, Xie Feng, mengatakan bahwa pembicaraan dengan Wakil Menteri Luar Negeri AS, Wendy Sherman, mengalami deadlock.”
Untuk perdagangan pada hari ini, Josua melihat gerak rupiah masih dipengaruhi sentimen eksternal, yakni perkembangan pembicaraan perdagangan antara AS dan China. Selain itu, pelaku pasar juga mencermati rilis data new home sales AS bulan Juni yang diperkirakan naik. “Dari dalam negeri, rupiah bisa mendapatkan tenaga dari rencana lelang sukuk dengan target indikatif Rp12 triliun,” sambung Josua.
Berdasarkan data terbaru yang diterbitkan Biro Sensus AS, penjualan rumah baru Negeri Paman Sam pada Juni 2021 turun ke level terendah sejak April 2020 atau awal pandemi Covid-19. Penjualan rumah keluarga tunggal baru turun ke tingkat tahunan 676.000 atau 6,6% di bawah tingkat Mei 2021 yang sebesar 724.000 dan 19,4% di bawah tingkat Juni 2020 yang sebesar 839.000. analis sendiri sebelumnya memperkirakan penjualan rumah baru naik sebesar 3,4% sepanjang bulan kemarin.
Saat ini, fokus investor tengah tertuju pada rapat kebijakan federal reserve yang akan dimulai pada Selasa waktu setempat, diikuti konferensi pers oleh Gubernur The Fed, Jerome Powell, pada hari Rabu (28/7). Pasar akan mengamati setiap komentar tentang kapan pengurangan pembelian aset bank sentral AS dapat dimulai. “Anda bisa berargumen bahwa pertemuan The Fed adalah alasan lain untuk mengambil keuntungan,” kata Kepala Strategi Valas Exchange Bank of Canada, Erik Bregar.